Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap Permintaan Pangan: Analisis Menggunakan Teknologi Digital

Oleh: Kavadya Syska, S.P., M.Si. (Dosen Bidang Teknologi Pangan – Food Technologist, Universitas Nahdlatul Ulama)

Pandemi COVID-19 telah membawa perubahan signifikan terhadap banyak aspek kehidupan, termasuk pola permintaan konsumen terhadap pangan. Penelitian ini menggunakan pendekatan metodologis berbasis teknologi digital, khususnya platform Google Trends, untuk menganalisis preferensi konsumen dan perubahan intensitas permintaan bahan pangan seperti daging, susu, gula, roti, dan tepung selama masa pandemi dan karantina. Analisis ini tidak hanya berfokus pada negara maju, tetapi juga mencakup negara berkembang, memberikan wawasan yang lebih luas tentang bagaimana situasi global mempengaruhi permintaan pangan di berbagai negara.

Dalam konteks negara maju, terlihat adanya pergeseran preferensi konsumen dari produk-produk yang relatif lebih mahal seperti daging dan susu, menuju bahan pangan yang lebih murah seperti tepung dan roti. Hal ini menunjukkan adanya kekhawatiran ekonomi di kalangan konsumen, yang mungkin disebabkan oleh ketidakpastian pendapatan dan keamanan finansial selama pandemi. Sebaliknya, di negara berkembang, meskipun terjadi perubahan, pergeseran permintaan tidak se-ekstrem di negara maju. Namun, fenomena ini tetap berdampak besar terhadap stabilitas ekonomi global.

Penurunan permintaan terhadap produk pangan dasar diproyeksikan memberikan dampak negatif pada perekonomian dunia, terutama di negara maju yang diprediksi akan mengalami penurunan signifikan dalam Produk Domestik Bruto (GDP). Negara berkembang, meskipun diperkirakan tidak mengalami penurunan GDP yang sebesar negara maju, justru menghadapi risiko kenaikan harga pangan yang lebih tajam. Kondisi ini mencerminkan kerentanan dalam sistem pangan global, di mana perubahan drastis dalam permintaan dapat memengaruhi harga dan ketersediaan pangan, terutama bagi kelompok masyarakat rentan.

Untuk menghadapi situasi krisis ini, penelitian ini menawarkan beberapa langkah mitigasi yang dapat diambil oleh pemerintah dan lembaga terkait. Langkah-langkah seperti dukungan kepada populasi yang paling rentan dan peningkatan aksesibilitas pangan menjadi krusial. Selain itu, penurunan sementara Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan pajak-pajak lain yang memengaruhi harga pangan diusulkan sebagai strategi untuk menstabilkan harga di pasar. Kebijakan fiskal lainnya termasuk pengurangan suku bunga bank sentral yang dapat membantu meringankan beban keuangan bagi pelaku usaha dan konsumen.

Penelitian ini memberikan pandangan yang jelas bahwa dengan kebijakan yang tepat, stabilisasi permintaan pangan dan pertumbuhan ekonomi global yang bertahap dapat mulai terlihat pada akhir tahun 2021. Ini menegaskan pentingnya respons cepat dan efektif terhadap dampak ekonomi pandemi, khususnya dalam sektor pangan. Sebagai seorang Dosen di bidang Teknologi Pangan, analisis ini membuka wawasan mengenai betapa pentingnya inovasi kebijakan dalam menghadapi krisis yang berdampak langsung pada sektor pangan.

Studi ini juga menegaskan bahwa teknologi digital seperti Google Trends dapat menjadi alat yang sangat efektif untuk memantau perubahan preferensi konsumen secara real-time, memberikan data yang berharga bagi pengambil kebijakan untuk merespon dengan tepat. Inovasi dalam pemantauan dan analisis data konsumen ini dapat memberikan pijakan yang kuat dalam merancang strategi ketahanan pangan yang lebih tangguh di masa depan.

Secara keseluruhan, penelitian ini memberikan kontribusi yang berharga dalam memahami dinamika permintaan pangan di tengah pandemi, serta bagaimana langkah-langkah kebijakan yang tepat dapat membantu mengurangi dampak ekonomi yang lebih besar.

Written by 

Teknologia managed by CV Teknologia (Teknologia Group) is a publisher of books and scientific journals with both national and international reach.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *