Oleh: Kavadya Syska, S.P., M.Si. (Dosen Bidang Teknologi Pangan – Food Technologist, Universitas Nahdlatul Ulama)
Diabetes Tipe 2 (T2DM) telah menjadi masalah kesehatan global, dengan peningkatan signifikan di wilayah Asia-Pasifik dalam beberapa dekade terakhir. Perubahan pola hidup modern, yang cenderung meniru gaya hidup Barat, telah menyebabkan perubahan drastis dalam kebiasaan makan, seperti peningkatan konsumsi makanan tinggi lemak, gula, dan rendah serat. Fenomena ini memperburuk risiko diabetes di kalangan masyarakat. Sebagai seorang Dosen Bidang Teknologi Pangan, penting bagi kita untuk memahami bagaimana nutrisi sehari-hari dapat memainkan peran krusial dalam pencegahan dan pengelolaan T2DM.
Lemak: Teman atau Musuh? Salah satu aspek yang sering menjadi sorotan dalam pembahasan T2DM adalah asupan lemak. Penelitian menunjukkan bahwa konsumsi lemak jenuh yang tinggi dapat meningkatkan resistensi insulin, faktor utama dalam perkembangan T2DM. Namun, tidak semua lemak berbahaya. Lemak tak jenuh, terutama lemak omega-3 dari ikan dan biji-bijian, justru memberikan efek perlindungan terhadap inflamasi dan mendukung kesehatan metabolik. Ini menunjukkan bahwa jenis lemak yang kita konsumsi lebih penting daripada jumlahnya semata.
Protein: Sumber Tenaga atau Bahaya Tersembunyi? Diet tinggi protein sering direkomendasikan untuk menurunkan berat badan, tetapi perannya dalam pengelolaan diabetes memerlukan perhatian lebih. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa protein hewani, terutama yang tinggi lemak jenuh, dapat meningkatkan risiko T2DM. Sebaliknya, protein nabati dari kacang-kacangan dan produk kedelai memiliki efek protektif, karena mengandung serat dan fitokimia yang membantu mengontrol kadar gula darah. Oleh karena itu, mengganti protein hewani dengan sumber nabati dapat menjadi strategi efektif dalam pencegahan T2DM.
Karbohidrat: Pahlawan atau Penjahat dalam Diabetes? Karbohidrat sering kali dianggap sebagai musuh utama bagi penderita diabetes, tetapi tidak semua karbohidrat bersifat merugikan. Karbohidrat kompleks yang kaya serat, seperti gandum utuh, beras merah, dan sayuran, membantu memperlambat penyerapan gula dan menjaga kadar glukosa darah tetap stabil. Di sisi lain, karbohidrat sederhana yang terdapat dalam gula, roti putih, dan makanan olahan cepat meningkatkan kadar gula darah, memperburuk kondisi diabetes. Penting bagi masyarakat untuk memahami bahwa pemilihan jenis karbohidrat sangat memengaruhi risiko T2DM.
Suplemen: Harapan Baru atau Hanya Gimmick? Suplemen makanan juga mulai diperhatikan dalam upaya pencegahan dan pengelolaan diabetes. Suplemen seperti magnesium, vitamin D, dan asam lemak omega-3 telah diteliti karena efeknya terhadap sensitivitas insulin dan peradangan. Namun, meskipun beberapa hasil menjanjikan, tidak ada bukti yang cukup kuat untuk merekomendasikan suplemen sebagai pengganti pola makan sehat. Penggunaan suplemen sebaiknya dilihat sebagai tambahan dari diet seimbang, bukan sebagai solusi utama.
Pola Makan yang Berimbang: Kunci Pencegahan Diabetes Dalam konteks pencegahan T2DM, pola makan yang seimbang dengan proporsi lemak sehat, protein nabati, karbohidrat kompleks, dan serat yang cukup sangat penting. Pola makan Mediterania, misalnya, dikenal efektif dalam menurunkan risiko T2DM karena menekankan konsumsi sayuran, buah-buahan, biji-bijian, kacang-kacangan, dan lemak sehat. Hal ini menyoroti bahwa tidak ada satu jenis makanan atau nutrisi yang bertanggung jawab dalam mencegah atau mengendalikan diabetes, melainkan pola makan secara keseluruhan.
Mendorong Edukasi Masyarakat melalui Teknologi Pangan Sebagai akademisi dalam bidang Teknologi Pangan, kita memiliki tanggung jawab untuk terus mendorong edukasi masyarakat tentang pentingnya pemilihan makanan yang tepat. Teknologi pangan juga dapat membantu mengembangkan produk-produk pangan yang lebih sehat dan ramah bagi penderita diabetes, seperti produk rendah gula, tinggi serat, dan diperkaya dengan nutrisi penting. Dengan inovasi yang tepat, kita dapat berkontribusi secara signifikan dalam mengurangi prevalensi T2DM melalui pendekatan nutrisi yang berbasis bukti.
Dengan memahami hubungan antara nutrisi dan diabetes, kita dapat mengambil langkah yang lebih terarah dalam pencegahan dan pengelolaan diabetes di tengah masyarakat yang semakin mengadopsi gaya hidup modern.