Review Oleh: Ropiudin, S.TP., M.Si. (Dosen Bidang Teknik Sistem Termal dan Energi Terbarukan, Universitas Jenderal Soedirman)
Ketersediaan air dan kebutuhan energi merupakan dua isu krusial yang saling terkait dalam upaya pengembangan sistem energi yang berkelanjutan. Narasi di atas memberikan gambaran mengenai pentingnya kontribusi penelitian Water Footprint (WF) dalam konteks hubungan antara air dan energi, yang mencakup penggunaan air untuk produksi energi, serta dampak dari berbagai sumber energi terhadap konsumsi air. Sebagai seorang Dosen Teknik Sistem Termal dan Energi Terbarukan, ulasan ini akan membahas secara detail beberapa aspek penting dari narasi tersebut, serta relevansi dan tantangan yang ada dalam penelitian Water Footprint untuk sektor energi, khususnya di era transisi menuju energi terbarukan.
Air sebagai Sumber Daya Utama dalam Produksi Energi
Air memiliki peran yang sangat penting dalam produksi energi, terutama di sektor bioenergi dan pembangkit listrik tenaga air (PLTA). Beberapa kategori energi, terutama biofuel dan energi dari tanaman selulosa, memerlukan air dalam jumlah besar, baik untuk pertumbuhan tanaman, proses produksi, maupun pemeliharaan sistem. Dalam kasus energi biofuel dari gula, pati, dan tanaman minyak, serta firewood, kontribusi air sangat besar karena sumber daya tersebut berasal dari sektor pertanian dan kehutanan, yang secara alami membutuhkan pasokan air yang signifikan.
Dalam konteks yang lebih luas, produksi bioenergi dari berbagai feedstock tersebut sangat bergantung pada pengelolaan air yang baik. Kondisi seperti irigasi yang tidak efisien atau penggunaan air berlebihan dalam siklus produksi bioenergi dapat memperburuk masalah kelangkaan air di wilayah yang sudah menghadapi krisis air. Oleh karena itu, pentingnya penghitungan Water Footprint pada sektor bioenergi memberikan wawasan yang lebih holistik tentang dampak lingkungan dari energi yang dihasilkan, khususnya terkait dengan pemanfaatan sumber daya air.
Kontribusi Penelitian Hoekstra dan Water Footprint dalam Energi
Penelitian Hoekstra tentang Water Footprint pada sektor energi telah memberikan kontribusi signifikan dalam memahami seberapa besar jejak air yang ditinggalkan oleh berbagai sumber energi. Water Footprint merupakan alat yang berguna untuk mengukur total volume air yang digunakan selama siklus hidup suatu produk energi, mulai dari penanaman bahan baku, pengolahan, hingga produksi energi akhir.
Hoekstra juga menekankan bahwa sumber energi seperti biofuel dari ganggang (algae) dan hydropower memiliki WF yang tinggi karena air yang digunakan dalam proses ini lebih cenderung mengalami evaporasi (penguapan) dari permukaan air terbuka. Hal ini menjadi tantangan besar, khususnya bagi PLTA, di mana tingkat evaporasi yang tinggi dapat berdampak negatif terhadap ketersediaan air untuk keperluan lainnya. Di sisi lain, meskipun biofuel dari ganggang memiliki WF yang besar, teknologi ini masih memiliki potensi besar dalam konteks transisi energi, asalkan metode yang digunakan dapat meningkatkan efisiensi penggunaan air.
Sumber energi kategori 6, seperti fotovoltaik (PV) dan energi angin, memiliki WF yang relatif kecil. Hal ini dikarenakan teknologi ini tidak membutuhkan air dalam jumlah besar selama proses produksi energi. Namun, beberapa informasi mengenai WF dari sumber energi ini harus diperoleh langsung dari industri untuk memperbaiki akurasi data, terutama dalam hal rantai pasokan dan pemeliharaan sistem.
Tantangan dan Kesenjangan Pengetahuan dalam Penelitian Water Footprint
Narasi di atas juga menyinggung adanya kesenjangan pengetahuan yang masih perlu diatasi dalam penelitian WF untuk energi. Salah satu tantangan utama adalah kurangnya informasi yang komprehensif mengenai WF dari berbagai sumber energi, terutama energi fosil dan energi terbarukan seperti tenaga surya dan angin. Meskipun WF dari energi terbarukan seperti PV dan angin lebih rendah dibandingkan bioenergi atau PLTA, dampak lingkungan lainnya, seperti produksi bahan baku untuk PV dan logistik untuk instalasi turbin angin, masih perlu diteliti lebih lanjut.
Selain itu, diperlukan pendekatan yang lebih komprehensif dalam memahami dampak penggunaan air dalam siklus hidup energi. Penghitungan WF tidak hanya terbatas pada penggunaan langsung air dalam produksi energi, tetapi juga harus mencakup penggunaan air dalam produksi komponen sistem energi (misalnya, bahan logam untuk turbin angin atau panel surya) dan dalam pemeliharaan sistem. Dengan demikian, WF dapat menjadi alat yang lebih efektif dalam mengevaluasi kelestarian energi dari berbagai perspektif.
Potensi Implementasi Water Footprint dalam Kebijakan Energi
Pengelolaan air merupakan salah satu tantangan global terbesar di abad ke-21, terutama di wilayah yang rawan terhadap kelangkaan air. Dalam konteks ini, penelitian WF untuk energi memiliki implikasi penting dalam perumusan kebijakan energi yang berkelanjutan. Beberapa implikasi penting dari penelitian ini antara lain:
- Pemilihan Sumber Energi yang Berkelanjutan: Negara-negara atau wilayah yang memiliki keterbatasan sumber daya air perlu mempertimbangkan WF dalam pemilihan teknologi energi. Misalnya, memilih fotovoltaik atau energi angin sebagai sumber energi utama di daerah yang kekurangan air dapat mengurangi dampak negatif terhadap ketersediaan air.
- Pengelolaan Air untuk Energi Biofuel: Bagi wilayah yang sangat bergantung pada biofuel sebagai sumber energi, pengelolaan air yang efisien menjadi krusial. Diperlukan kebijakan untuk meminimalkan penggunaan air dalam proses produksi biofuel, seperti penerapan teknik irigasi presisi dan pengolahan limbah air dalam proses industri biofuel.
- Pengembangan Teknologi yang Lebih Ramah Air: Dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya efisiensi air, industri energi terbarukan perlu mengembangkan teknologi yang lebih efisien dalam hal penggunaan air. Misalnya, pengembangan PLTA dengan evaporasi rendah atau teknologi ganggang biofuel yang menggunakan air lebih sedikit dapat menjadi area penelitian yang menarik di masa depan.
Kesimpulan
Penelitian Water Footprint telah memberikan kontribusi yang signifikan dalam pemahaman mengenai hubungan air dan energi, terutama dalam konteks transisi menuju energi terbarukan. Sumber energi seperti biofuel, ganggang, dan PLTA memiliki WF yang relatif besar karena keterlibatan air dalam produksi energi, baik dari segi pertanian maupun evaporasi dari permukaan air terbuka. Di sisi lain, energi terbarukan seperti PV dan angin menunjukkan WF yang lebih kecil, meskipun masih terdapat kesenjangan pengetahuan terkait dengan dampak air dalam rantai pasokan dan pemeliharaan sistem.
Sebagai Dosen Teknik Sistem Termal dan Energi Terbarukan, saya melihat pentingnya pengembangan penelitian yang lebih lanjut mengenai efisiensi air dalam sistem energi. Water Footprint dapat menjadi salah satu indikator penting dalam mengevaluasi kelayakan lingkungan dari berbagai teknologi energi, baik yang berbasis bioenergi maupun energi terbarukan lainnya. Penggunaan alat ini dalam perencanaan energi juga dapat membantu dalam merumuskan kebijakan yang lebih berkelanjutan dan mengurangi dampak lingkungan dari produksi energi di masa depan.