Memperkuat Ketahanan Tanaman Sorgum terhadap Penyakit Antraknosa: Inovasi Genetik dan Teknologi Molekuler

Oleh: Kavadya Syska, S.P., M.Si. (Dosen Bidang Teknologi Pangan – Food Technologist, Universitas Nahdlatul Ulama)

Sorgum (Sorghum bicolor) adalah tanaman pangan penting yang menempati urutan kelima sebagai sereal yang paling banyak dibudidayakan di dunia. Selain digunakan sebagai sumber makanan, pakan ternak, dan bahan baku industri, sorgum kini juga memiliki peran yang krusial sebagai sumber gula fermentasi untuk produksi bahan bakar terbarukan dan bahan kimia ramah lingkungan. Namun, ancaman dari patogen jamur Colletotrichum sublineola yang menyebabkan penyakit antraknosa menjadi salah satu hambatan utama dalam meningkatkan produksi sorgum, terutama di daerah beriklim hangat dan lembap, tempat budidaya tanaman ini dominan.

Salah satu solusi paling berkelanjutan secara ekonomi dan lingkungan dalam melindungi produksi sorgum adalah dengan menggunakan varietas sorgum yang resisten terhadap antraknosa. Penggunaan plasma nutfah yang memiliki ketahanan genetik terhadap penyakit ini dianggap sebagai metode yang efektif dalam mencegah kerusakan tanaman. Meskipun beberapa lokus resistensi terhadap antraknosa telah berhasil dipetakan dalam berbagai plasma nutfah sorgum, tantangan terbesar muncul dari keragaman patotipe C. sublineola di berbagai daerah budidaya. Hal ini menyebabkan resistensi genetik yang telah diidentifikasi tidak selalu efektif di semua lokasi.

Dari perspektif teknologi pangan, peningkatan ketahanan tanaman seperti sorgum bukan hanya penting untuk menjaga keberlanjutan produksi pangan, tetapi juga berperan besar dalam menjaga kestabilan pasokan bahan baku untuk berbagai industri pangan dan bahan bakar. Mengingat pentingnya sorgum sebagai tanaman multifungsi, upaya perlindungan terhadap ancaman penyakit harus terus dikembangkan, terutama melalui pendekatan genetik dan molekuler yang inovatif.

Perkembangan teknologi genomik, termasuk rilis genom sorgum dan draft genom C. sublineola, membuka jalan bagi para ilmuwan untuk lebih memahami mekanisme interaksi antara tanaman dan patogen di tingkat molekuler. Teknologi sekuensing generasi berikutnya memungkinkan identifikasi jaringan ekspresi gen yang diaktifkan saat infeksi terjadi. Pengetahuan ini penting untuk mengembangkan varietas sorgum yang lebih tahan terhadap penyakit, serta untuk mempercepat proses seleksi varietas unggul.

Metodologi baru seperti virus-induced gene silencing (VIGS) dan pendekatan transgenik dalam membungkam gen, memungkinkan validasi gen resistensi dengan lebih cepat dan akurat. Ini adalah terobosan penting yang memungkinkan para peneliti untuk mengidentifikasi gen-gen kunci yang berperan dalam ketahanan tanaman, sekaligus menawarkan harapan baru bagi peningkatan ketahanan tanaman pangan terhadap patogen yang berubah-ubah.

Sebagai seorang dosen di bidang Teknologi Pangan, saya melihat bahwa inovasi-inovasi ini tidak hanya relevan bagi dunia pertanian, tetapi juga memberikan dampak yang signifikan pada industri pangan. Sorgum sebagai tanaman multifungsi dapat menjadi sumber bahan baku yang stabil jika masalah penyakit seperti antraknosa dapat diatasi dengan pendekatan genetik yang canggih. Dengan demikian, teknologi molekuler dan pendekatan genomik menjadi kunci bagi masa depan produksi pangan dan bioenergi yang lebih berkelanjutan.

Written by 

Teknologia managed by CV Teknologia (Teknologia Group) is a publisher of books and scientific journals with both national and international reach.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *