Pemanfaatan Kulit Semangka: Inovasi Ekstraksi Pektin Menggunakan Teknologi Ultrasonik

Oleh: Kavadya Syska, S.P., M.Si. (Dosen Bidang Teknologi Pangan – Food Technologist, Universitas Nahdlatul Ulama)

Dalam dunia teknologi pangan, pemanfaatan limbah menjadi semakin penting, terutama untuk mengurangi dampak lingkungan dan menciptakan nilai tambah dari produk yang sebelumnya dianggap tidak berguna. Salah satu contoh menarik adalah penelitian ini yang berfokus pada pemulihan senyawa bernilai tambah dari limbah kulit semangka. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan teknologi yang efisien, andal, dan berkelanjutan untuk mengekstrak pektin dari kulit semangka dengan menggunakan ekstraksi berbantuan ultrasonik (UAE).

Pektin adalah polisakarida yang banyak digunakan dalam industri makanan, terutama sebagai agen pengental dan pembentuk gel. Untuk mengevaluasi efisiensi proses ekstraksi, peneliti menganalisis beberapa parameter penting, termasuk kandungan pektin, derajat esterifikasi, dan kandungan asam galakturonat dalam ekstrak kulit semangka. Dalam penelitian ini, ekstraksi dilakukan menggunakan dua jenis asam, yaitu asam sitrat dan asam klorida, dengan hasil yang menunjukkan bahwa asam sitrat memberikan kandungan pektin tertinggi.

Eksperimen tambahan dilakukan dengan variasi suhu (50, 60, dan 70°C) dan waktu ekstraksi (10, 20, dan 30 menit). Hasil menunjukkan bahwa kedua faktor tersebut sangat mempengaruhi kualitas ekstrak pektin dan kandungan asam galakturonat. Temuan terbaik diperoleh pada suhu 70°C selama 20 menit, di mana kandungan asam galakturonat mencapai 47,41%. Ini menandakan bahwa proses ekstraksi yang optimal dapat menghasilkan pektin dengan kualitas tinggi, yang memiliki potensi aplikasi yang luas.

Menariknya, ekstrak yang diperoleh dalam durasi 10 hingga 20 menit pada semua suhu terutama menghasilkan pektin metoksil tinggi, yang dapat membentuk gel dalam kondisi asam. Ini menunjukkan bahwa pektin yang diekstrak dari kulit semangka menggunakan teknologi UAE dapat menjadi bahan tambahan yang sangat berguna dalam produk konfeksi, seperti jelly atau selai. Penggunaan pektin alami ini bukan hanya meningkatkan kualitas produk, tetapi juga menawarkan alternatif yang lebih sehat dibandingkan dengan bahan pengental sintetis.

Penelitian ini juga menunjukkan potensi besar dalam mengurangi limbah pertanian dengan memanfaatkan bagian dari semangka yang biasanya dibuang. Dengan mengubah kulit semangka menjadi pektin, kita tidak hanya mengurangi limbah, tetapi juga menciptakan produk bernilai tambah yang dapat meningkatkan ekonomi lokal. Ini sejalan dengan tren global menuju keberlanjutan dan pemanfaatan sumber daya yang lebih efisien.

Sebagai seorang dosen di bidang Teknologi Pangan, penting untuk menekankan pentingnya penelitian dan inovasi dalam pemanfaatan limbah pertanian. Hasil penelitian ini memberikan inspirasi bagi pengembangan teknologi lebih lanjut yang dapat diterapkan dalam industri makanan dan minuman, serta membuka peluang baru bagi petani dan produsen lokal untuk mendapatkan nilai lebih dari produk mereka.

Secara keseluruhan, penelitian ini menggambarkan potensi luar biasa dari kulit semangka sebagai sumber pektin, serta efektivitas teknologi ultrasonik dalam meningkatkan efisiensi ekstraksi. Dengan penelitian lebih lanjut, kita dapat terus mengembangkan aplikasi baru yang berkelanjutan dan inovatif dalam industri pangan, mengubah limbah menjadi sumber daya yang berharga.

Written by 

Teknologia managed by CV Teknologia (Teknologia Group) is a publisher of books and scientific journals with both national and international reach.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *