Menuju Daging yang Berkelanjutan: Tinjauan Terhadap Alternatif Daging Berbasis Tanaman dan Sel

Oleh: Kavadya Syska, S.P., M.Si. (Dosen Bidang Teknologi Pangan – Food Technologist, Universitas Nahdlatul Ulama)

Dalam beberapa dekade terakhir, perkembangan teknologi pertanian dan intensifikasi peternakan hewan telah mengubah cara kita memproduksi dan mengkonsumsi daging. Di negara-negara maju, daging kini menjadi komoditas yang relatif murah dan mudah diakses. Namun, kemudahan ini tidak tanpa konsekuensi. Produksi daging yang intensif berdampak negatif pada kesehatan publik, lingkungan, dan kesejahteraan hewan. Oleh karena itu, ada kebutuhan mendesak untuk mengeksplorasi alternatif yang lebih berkelanjutan.

Salah satu solusi yang muncul adalah pengembangan daging berbasis tanaman dan daging berbasis sel (cell-based meat). Daging berbasis tanaman, yang terbuat dari bahan nabati seperti kedelai, kacang polong, dan biji-bijian, telah menjadi pilihan populer di kalangan konsumen yang ingin mengurangi konsumsi daging hewan. Produk ini tidak hanya menawarkan alternatif yang lebih sehat, tetapi juga memiliki dampak lingkungan yang lebih rendah dibandingkan dengan produksi daging konvensional.

Namun, tantangan tetap ada. Salah satu masalah utama adalah bagaimana meningkatkan karakteristik sensorik dari daging berbasis tanaman agar mirip dengan daging hewan. Penelitian terus dilakukan untuk memperbaiki rasa, tekstur, dan aroma produk-produk ini. Selain itu, harus ada upaya untuk mendidik konsumen tentang manfaat dan potensi dari daging nabati, sehingga mereka lebih terbuka untuk mencoba alternatif ini.

Sementara itu, teknologi daging berbasis sel juga menunjukkan potensi yang signifikan. Dengan menggunakan sel-sel hewan yang dikultur dalam lingkungan laboratorium, daging ini dapat diproduksi tanpa memerlukan pemeliharaan hewan secara langsung. Proses ini tidak hanya mengurangi emisi gas rumah kaca, tetapi juga meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya. Namun, tantangan besar muncul dalam hal biaya produksi yang tinggi dan regulasi yang ketat.

Kedua pendekatan ini—daging berbasis tanaman dan daging berbasis sel—memiliki keuntungan dan tantangan masing-masing. Keduanya menawarkan potensi untuk memenuhi permintaan daging yang terus meningkat tanpa mengorbankan kesehatan manusia dan lingkungan. Penelitian lebih lanjut dan investasi dalam teknologi ini akan menjadi kunci untuk mengatasi tantangan yang ada dan memastikan keberlanjutan di masa depan.

Sebagai penutup, penting bagi kita untuk mengakui peran yang dapat dimainkan oleh alternatif daging ini dalam sistem pangan global. Dengan memanfaatkan inovasi dalam teknologi pangan, kita dapat menciptakan solusi yang lebih berkelanjutan, sehat, dan etis untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dunia yang terus berkembang. Perjalanan menuju masa depan pangan yang lebih baik dimulai dengan keputusan dan dukungan kita terhadap alternatif yang lebih hijau dan ramah lingkungan.

Written by 

Teknologia managed by CV Teknologia (Teknologia Group) is a publisher of books and scientific journals with both national and international reach.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *