Tantangan dalam Mencapai Ekonomi Rendah Karbon Melalui Energi Terbarukan

Review Oleh: Ropiudin, S.TP., M.Si. (Dosen Bidang Teknik Sistem Termal dan Energi Terbarukan, Universitas Jenderal Soedirman)

Di tengah upaya global untuk mengurangi emisi karbon, transisi menuju ekonomi rendah karbon menghadapi berbagai tantangan yang saling terkait. Artikel ini menyoroti beberapa tantangan utama dan peluang yang ada dalam mencapai tujuan tersebut, terutama dengan fokus pada integrasi Energi Terbarukan (RE).

Penetrasi Energi Terbarukan dan Pasar Bebas

Penulis berargumen bahwa tidak ada hambatan signifikan bagi pasar bebas untuk beroperasi secara efektif dengan penetrasi tinggi Energi Terbarukan terdistribusi. Ini mencakup potensi penggunaan solusi penyimpanan yang terjangkau, yang berkembang pesat berkat tingkat pembelajaran yang tinggi dalam teknologi penyimpanan. Pandangan ini berlawanan dengan kekhawatiran bahwa intermittency (ketidakpastian pasokan) energi terbarukan menjadi penghalang utama. Dengan kemajuan dalam teknologi penyimpanan dan manajemen permintaan, penulis menunjukkan bahwa kita dapat mencapai sistem yang lebih stabil meskipun terdapat fluktuasi dalam produksi energi terbarukan.

Tantangan Sistem 100% Energi Terbarukan

Meskipun ada potensi untuk mencapai sistem 100% Energi Terbarukan, penulis mencatat tantangan signifikan, terutama terkait dengan bioenergi. Dalam banyak roadmap energi terbarukan, bioenergi berperan sebagai sumber daya yang dapat diatur (dispatchable) namun, terdapat konflik antara kebutuhan bioenergi dan kebutuhan pangan serta reforestasi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Ini menunjukkan perlunya pendekatan yang lebih holistik dalam perencanaan energi, di mana kebutuhan pangan dan lingkungan juga dipertimbangkan secara bersamaan.

Keterbatasan Sumber Daya dan Pertumbuhan Hijau

Konsep pertumbuhan hijau yang diusulkan juga dibatasi oleh ketersediaan bahan baku, terutama kobalt dan fosfor, yang merupakan komponen penting dalam produksi kendaraan listrik. Keterbatasan ini dapat menjadi penghambat dalam skala adopsi kendaraan listrik yang lebih luas dan perlu diatasi melalui inovasi dan pengembangan alternatif sumber daya yang lebih berkelanjutan.

Indeks Pembangunan Manusia sebagai Target

Saran untuk menggunakan Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index, HDI) sebagai target sistem energi terbarukan yang berkelanjutan adalah pandangan yang menarik. Ini menunjukkan perlunya mengaitkan tujuan energi dengan peningkatan kualitas hidup, bukan hanya sekadar penurunan emisi karbon. Pendekatan ini dapat menghasilkan solusi yang lebih komprehensif, yang tidak hanya fokus pada aspek teknis tetapi juga pada kesejahteraan masyarakat.

Investasi dan Nilai Tersangkut

Salah satu tantangan terbesar dalam transisi ini adalah investasi yang sudah ada dalam sektor bahan bakar fosil, yang berpotensi menjadi terdampar (stranded assets). Meskipun ada klaim bahwa nilai investasi ini sangat tinggi, penulis menunjukkan bahwa penilaian yang lebih realistis akan menunjukkan angka yang jauh lebih rendah. Ini menciptakan kesempatan bagi negara dan perusahaan untuk memfokuskan kembali investasi mereka menuju energi terbarukan yang lebih berkelanjutan.

Peran Energi Nuklir

Akhirnya, penilaian positif terhadap peran terbatas energi nuklir, asalkan dimiliki publik, memberikan perspektif alternatif dalam debat energi terbarukan. Energi nuklir dapat berfungsi sebagai jembatan dalam transisi energi, tetapi hanya jika diintegrasikan dengan cara yang transparan dan bertanggung jawab.

Kesimpulan

Sebagai Dosen Teknik Sistem Termal dan Energi Terbarukan, saya berpendapat bahwa artikel ini memberikan wawasan penting tentang tantangan dan peluang dalam transisi menuju ekonomi rendah karbon. Untuk mencapainya, kita perlu mengembangkan strategi yang lebih holistik, yang mempertimbangkan kebutuhan pangan, ketersediaan sumber daya, dan kesejahteraan masyarakat. Selain itu, penting untuk mengedepankan inovasi dalam teknologi penyimpanan dan manajemen permintaan, serta mengelola investasi yang sudah ada dengan bijak untuk menghindari terjebak dalam aset yang tidak berkelanjutan.

Dengan pendekatan yang tepat, kita dapat mencapai sistem energi yang berkelanjutan dan rendah karbon, yang tidak hanya mengurangi emisi tetapi juga meningkatkan kualitas hidup bagi masyarakat secara keseluruhan.

Written by 

Teknologia managed by CV Teknologia (Teknologia Group) is a publisher of books and scientific journals with both national and international reach.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *