Oleh: Kavadya Syska, S.P., M.Si. (Dosen Bidang Teknologi Pangan – Food Technologist, Universitas Nahdlatul Ulama)
Starch adalah salah satu komponen utama dalam diet kita dan berfungsi sebagai bahan yang serbaguna dalam berbagai aplikasi, baik dalam produk pangan maupun non-pangan. Sumber utama starch meliputi jagung, kentang, singkong, dan gandum, yang telah lama menjadi bahan baku yang banyak diteliti dan digunakan dalam industri. Namun, belakangan ini, ada peningkatan minat dalam penelitian terhadap starch dari tanaman yang kurang dimanfaatkan dan tidak konvensional. Pertanyaan yang muncul adalah: mengapa kita perlu menginvestasikan waktu dan sumber daya untuk mempelajari starch-starch “novel” ini?
Salah satu alasan utama untuk menjelajahi starch tidak konvensional adalah keberlanjutan produksi yang lebih baik. Banyak starch ini berasal dari tanaman lokal yang lebih mudah ditanam di wilayah tertentu, sehingga dapat mengurangi ketergantungan pada bahan baku yang diimpor. Hal ini juga berpotensi mengurangi jejak karbon dalam proses produksi, sejalan dengan tujuan untuk menciptakan sistem pangan yang lebih ramah lingkungan. Dengan memanfaatkan sumber daya lokal, kita tidak hanya mendapatkan bahan baku yang lebih segar, tetapi juga mendukung pertanian lokal.
Starch dari sumber tidak konvensional juga memiliki potensi untuk memanfaatkan limbah dan produk sampingan. Misalnya, sisa hasil panen dari tanaman tertentu dapat diolah menjadi starch, sehingga mengurangi pemborosan dan meningkatkan efisiensi sumber daya. Dengan cara ini, industri dapat mengubah apa yang biasanya dianggap sebagai limbah menjadi bahan baku yang bernilai tinggi, membantu mencapai tujuan keberlanjutan dan efisiensi dalam rantai pasokan pangan.
Permintaan akan pengalaman baru dari konsumen juga menjadi pendorong dalam eksplorasi starch tidak konvensional. Di era modern ini, konsumen semakin tertarik pada produk yang unik dan inovatif, termasuk makanan yang terbuat dari bahan yang tidak biasa. Starch dari tanaman yang tidak umum dapat memberikan variasi baru dalam tekstur dan rasa produk, memberikan kesempatan bagi produsen untuk menciptakan makanan yang menarik dan berbeda dari yang sudah ada di pasar.
Aspek sosial dan budaya juga tidak boleh diabaikan. Banyak tanaman yang menghasilkan starch tidak konvensional memiliki nilai budaya dan sejarah yang mendalam dalam masyarakat lokal. Dengan memanfaatkan bahan-bahan ini, kita tidak hanya mendukung keberlanjutan ekonomi, tetapi juga melestarikan warisan budaya. Hal ini dapat memberikan dampak positif terhadap komunitas lokal dan meningkatkan rasa memiliki masyarakat terhadap produk yang dihasilkan.
Teknologi juga memainkan peran penting dalam eksplorasi starch tidak konvensional. Dalam beberapa kasus, starch ini menawarkan keuntungan teknis dibandingkan dengan starch umum. Misalnya, sifat fisikokimia dari starch tidak konvensional dapat memberikan performa yang lebih baik dalam aplikasi tertentu, seperti pengemulsi atau pengental. Penelitian yang lebih mendalam tentang sifat-sifat ini akan membantu mengidentifikasi dan memanfaatkan keunggulan tersebut dalam produk pangan.
Kesimpulannya, eksplorasi starch tidak konvensional menawarkan banyak manfaat, mulai dari keberlanjutan hingga inovasi dalam industri pangan. Penting bagi kita untuk melakukan studi lebih lanjut yang membandingkan starch tidak konvensional dengan starch umum untuk mengidentifikasi keunggulan teknologinya. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang potensi ini, kita dapat menciptakan sistem pangan yang lebih efisien, berkelanjutan, dan beragam, serta memenuhi kebutuhan dan harapan konsumen modern. Inilah saatnya untuk melihat ke luar batasan bahan baku yang sudah ada dan menjelajahi potensi tak terbatas dari starch tidak konvensional.