Oleh: Kavadya Syska, S.P., M.Si. (Dosen Bidang Teknologi Pangan – Food Technologist, Universitas Nahdlatul Ulama)
Perubahan pola makan global dalam beberapa dekade terakhir telah memperlihatkan peningkatan konsumsi produk hewani dan pangan olahan. Tren ini tidak hanya meningkatkan risiko penyakit tidak menular (non-communicable diseases), tetapi juga memberikan tekanan besar terhadap lingkungan. Dalam konteks tersebut, pengalihan kembali menuju pola makan berbasis nabati dapat menjadi solusi yang efektif untuk mengurangi dampak lingkungan dari sistem pangan sekaligus mengatasi masalah malnutrisi. Spanyol, sebagai negara yang dikenal dengan pola makan Mediterania, berbasis tanaman, mulai melihat peningkatan perhatian terhadap produk pangan berbasis nabati yang menjadi alternatif produk hewani. Namun, opini dari berbagai kelompok stakeholder terhadap potensi produk baru ini masih beragam dan kompleks.
Penelitian yang dilakukan terhadap para stakeholder di sektor agri-pangan Spanyol mengungkapkan perbedaan pandangan yang signifikan antara kelompok-kelompok yang terlibat langsung dalam rantai pasokan produk pangan (seperti produsen, pengolah, dan distributor) dengan pihak-pihak lain, seperti pembuat kebijakan, peneliti, LSM lingkungan, dan konsumen. Kelompok pertama menunjukkan sikap kritis terhadap produk nabati baru, menyoroti masalah pada cita rasa, teknologi pengolahan yang belum sempurna, serta harga yang relatif tinggi. Hal ini menunjukkan adanya kecenderungan mempertahankan mindset tradisional yang kuat dalam sistem produksi pangan di Spanyol, di mana produk hewani masih sangat mendominasi.
Sebaliknya, kelompok lain, seperti pembuat kebijakan dan konsumen, memandang produk nabati sebagai pilihan yang lebih positif. Mereka melihat produk ini sebagai solusi yang lebih sehat, lebih berkelanjutan, dan memiliki potensi keuntungan yang besar di masa depan. Pandangan ini sejalan dengan tren global yang menunjukkan peningkatan minat terhadap produk pangan nabati, yang dianggap dapat membantu mengurangi emisi gas rumah kaca dan mengurangi dampak negatif dari industri peternakan terhadap lingkungan. Selain itu, konsumen yang semakin sadar akan kesehatan cenderung lebih memilih produk yang menawarkan manfaat fungsional dan gizi yang lebih baik.
Konflik pandangan ini menyoroti tantangan yang dihadapi dalam transformasi sistem pangan di Spanyol. Di satu sisi, produsen dan pelaku industri merasa kesulitan untuk beradaptasi dengan teknologi pengolahan yang diperlukan untuk menghasilkan produk nabati berkualitas tinggi yang dapat bersaing dari segi cita rasa dan tekstur dengan produk hewani. Di sisi lain, kebijakan dan pergeseran preferensi konsumen mendorong transformasi ini, menciptakan kesenjangan antara permintaan pasar yang berkembang dan kapasitas produksi tradisional.
Untuk menjembatani kesenjangan tersebut, diperlukan kolaborasi yang lebih erat antara seluruh pihak yang terlibat dalam rantai pasokan pangan. Pembuat kebijakan dapat berperan penting dalam mendorong inovasi teknologi dan memberikan insentif bagi pengembangan produk nabati yang lebih terjangkau dan menarik secara organoleptik. Selain itu, produsen juga harus didorong untuk memperbarui pendekatan mereka terhadap pengolahan dan pemasaran produk berbasis nabati, dengan memanfaatkan teknologi terbaru yang dapat meningkatkan kualitas produk akhir.
SWOT analysis dalam penelitian ini juga menunjukkan bahwa meskipun produk nabati menawarkan banyak peluang, seperti potensi untuk mengurangi dampak lingkungan dan memperbaiki kesehatan masyarakat, tantangan besar masih ada, terutama dalam hal pengembangan teknologi pengolahan dan pengurangan biaya produksi. Produk nabati harus mampu bersaing dengan produk hewani tidak hanya dalam hal harga, tetapi juga dari segi rasa, tekstur, dan pengalaman konsumen secara keseluruhan. Di sinilah peran teknologi pangan sangat diperlukan untuk menghadirkan inovasi yang dapat menjawab ekspektasi konsumen sekaligus memberikan solusi berkelanjutan.
Pada akhirnya, transformasi sistem pangan menuju pola makan yang lebih berbasis nabati di Spanyol, seperti halnya di banyak negara lain, bukanlah tugas yang mudah. Ini memerlukan pemahaman mendalam tentang preferensi dan kebutuhan konsumen, serta kesiapan industri untuk beradaptasi dengan teknologi baru. Dengan kolaborasi yang lebih baik antara stakeholder, serta dukungan kebijakan yang tepat, masa depan sistem pangan yang lebih sehat, berkelanjutan, dan berorientasi pada produk nabati bisa tercapai.