Oleh: Kavadya Syska, S.P., M.Si. (Dosen Bidang Teknologi Pangan – Food Technologist, Universitas Nahdlatul Ulama)
Salah satu tantangan terbesar dalam distribusi pangan adalah menentukan kualitas makanan secara akurat selama penyimpanan dan transportasi. Sistem penandaan tanggal yang ada, seperti tanggal kedaluwarsa (use-by) dan tanggal penjualan (sell-by), seringkali tidak memberikan informasi yang cukup bagi konsumen dan distributor karena tidak mempertimbangkan kondisi penyimpanan seperti suhu. Dalam konteks ini, penggunaan sensor berbasis polimer dalam kemasan makanan menawarkan solusi inovatif yang dapat memberikan indikasi kualitas makanan secara real-time, sehingga berpotensi besar dalam mengurangi limbah pangan.
Salah satu penelitian yang menarik perhatian adalah pengenalan asam lemak bebas (FFA) sebagai indikator kualitas susu nabati, khususnya susu almond. Penelitian ini berhasil mengembangkan alat deteksi pertama untuk mengukur kesegaran susu almond menggunakan vesikel polidiacetilena (PDA) yang didoping dengan fosfolipid. Sensor ini mampu membedakan antara trigliserida dan FFA melalui perubahan warna yang terlihat, sehingga dapat digunakan untuk memantau metabolisme lemak selama proses pembusukan makanan.
Interaksi antara FFA dan PDA telah diteliti lebih lanjut menggunakan mikroskop elektron dan studi pencahayaan dinamis. Temuan ini sangat penting karena menunjukkan bahwa perubahan fisik yang terjadi pada sensor dapat dengan jelas menunjukkan kualitas susu almond. Dengan kata lain, ketika susu almond mulai membusuk dan FFA meningkat, sensor berbasis PDA ini dapat memberikan sinyal yang terlihat, memudahkan konsumen dan distributor dalam mengevaluasi kesegaran produk.
Vesikel PDA kemudian difabrikasi dalam agarosa untuk digunakan dalam membedakan antara susu almond yang segar dan yang sudah rusak. Saat sensor PDA/agarosa terpapar susu almond yang sudah rusak, terjadi perubahan warna yang jelas dari biru menjadi merah, yang berkorelasi dengan konsentrasi FFA dalam sampel. Hal ini menunjukkan efektivitas sensor dalam memberikan informasi visual yang langsung kepada pengguna mengenai kualitas susu almond.
Inovasi ini tidak hanya menawarkan solusi praktis dalam mendeteksi kualitas makanan, tetapi juga memberikan alternatif yang lebih baik dibandingkan alat penandaan tanggal yang ada. Dengan mengintegrasikan teknologi sensor ini ke dalam kemasan makanan, produsen dapat secara langsung memantau keadaan produk mereka dan menginformasikan kepada konsumen tentang kualitas makanan secara real-time. Ini tentunya dapat meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produk yang mereka beli.
Lebih jauh lagi, penerapan teknologi sensor berbasis polimer ini dapat berkontribusi signifikan dalam upaya mengurangi limbah pangan. Menurut data, sekitar sepertiga dari semua makanan yang diproduksi di seluruh dunia terbuang setiap tahunnya, dan salah satu penyebab utamanya adalah kesalahan penilaian terhadap kualitas makanan. Dengan memberikan informasi yang lebih akurat dan langsung tentang kesegaran makanan, kita dapat membantu konsumen membuat keputusan yang lebih baik, mengurangi jumlah makanan yang terbuang sia-sia.
Secara keseluruhan, penelitian ini menunjukkan bahwa teknologi sensor berbasis polimer memiliki potensi yang sangat besar dalam industri pangan. Inovasi ini tidak hanya meningkatkan efisiensi dalam distribusi makanan, tetapi juga memberikan kontribusi pada keberlanjutan lingkungan dengan mengurangi limbah makanan. Ke depan, penting bagi industri pangan untuk terus mengeksplorasi dan menerapkan teknologi canggih ini demi menciptakan sistem pangan yang lebih efisien dan berkelanjutan.