Oleh: Kavadya Syska, S.P., M.Si. (Dosen Bidang Teknologi Pangan – Food Technologist, Universitas Nahdlatul Ulama)
Bunga yang dapat dimakan tidak hanya mempercantik tampilan makanan, tetapi juga memberikan rasa, aroma, dan warna yang unik. Dalam sejarah kuliner, bunga ini telah lama digunakan dalam berbagai resep tradisional dan juga sebagai bahan terapi alami. Meski demikian, bunga yang dapat dimakan bersifat sangat mudah rusak, dengan cepat mengalami perubahan mikroba, enzimatis, dan biokimia. Maka dari itu, pengembangan metode pengolahan yang tepat menjadi sangat penting untuk menjaga kualitasnya tanpa merusak kandungan nutrisinya.
Salah satu tantangan utama dalam pengolahan bunga yang dapat dimakan adalah bagaimana mempertahankan kualitasnya tanpa menghilangkan sifat segar yang diharapkan konsumen. Metode pengolahan konvensional seperti penggunaan suhu rendah, atmosfer terkendali atau modifikasi, dan pengemasan yang dapat dimakan telah lama digunakan. Metode-metode ini membantu memperlambat laju kerusakan, tetapi sering kali tidak sepenuhnya dapat mempertahankan integritas sensoris dan nutrisi bunga. Oleh karena itu, penelitian terbaru banyak fokus pada pendekatan non-termal, yang mampu mempertahankan sifat “segar” bunga.
Salah satu metode pengolahan non-termal yang paling banyak diperhatikan adalah iradiasi. Metode ini efektif dalam menghambat pertumbuhan mikroorganisme tanpa menggunakan suhu tinggi, sehingga kandungan nutrisi dan penampilan bunga tetap terjaga. Selain itu, tekanan hidrostatik tinggi, ultrasonik, dan pulsed electric field adalah beberapa teknologi lainnya yang juga mulai menarik perhatian karena kemampuannya untuk memperpanjang umur simpan bunga tanpa mengubah sifat fisik atau kimianya secara drastis. Dalam perbandingan dengan metode konvensional, teknologi non-termal menawarkan keunggulan dari segi penggunaan energi dan air, yang penting dalam konteks keberlanjutan.
Namun, meskipun teknologi-teknologi ini menjanjikan, tantangan utama tetap ada pada bagaimana mempertahankan kandungan nutraceutical bunga yang dapat dimakan selama pemrosesan. Bunga sering mengandung senyawa bioaktif seperti antioksidan, vitamin, dan flavonoid yang sangat sensitif terhadap suhu dan lingkungan. Pemrosesan yang tidak tepat dapat mengakibatkan penurunan signifikan dalam kandungan ini, yang pada akhirnya menurunkan manfaat kesehatan dari bunga tersebut. Oleh karena itu, teknologi pengolahan perlu dipilih dengan cermat untuk menjaga keseimbangan antara memperpanjang umur simpan dan mempertahankan manfaat nutrisional.
Tidak hanya dari segi teknis, bunga yang dapat dimakan juga menjadi subjek perhatian dalam hal persepsi konsumen dan nilai pasar. Banyak konsumen tertarik dengan aspek estetika bunga ini, tetapi keamanan konsumsinya juga menjadi perhatian. Oleh karena itu, standar keamanan yang ketat harus diterapkan, baik dalam hal proses budidaya hingga pemrosesan. Sebagai bagian dari tren makanan alami dan sehat, bunga yang dapat dimakan memiliki potensi pasar yang besar, terutama dalam produk premium dan kuliner inovatif.
Secara keseluruhan, teknologi pengolahan bunga yang dapat dimakan adalah topik yang semakin berkembang dalam teknologi pangan. Tantangan dalam mempertahankan sifat “segar” dan nutrisi bunga tanpa merusaknya memerlukan pendekatan inovatif. Dengan semakin berkembangnya teknologi non-termal yang lebih hemat energi dan ramah lingkungan, kita dapat berharap bahwa bunga yang dapat dimakan akan semakin banyak digunakan dalam berbagai produk pangan modern, baik untuk manfaat estetika maupun kesehatannya.