Oleh: Kavadya Syska, S.P., M.Si. (Dosen Bidang Teknologi Pangan – Food Technologist, Universitas Nahdlatul Ulama)
Teknologi kemasan makanan yang canggih berperan penting dalam menjaga keamanan pangan dari polutan dan patogen mikroba, serta memperpanjang masa simpan makanan yang diawetkan. Namun, kemasan film makanan berbasis polimer fosil konvensional menghadapi berbagai tantangan, baik dari segi lingkungan maupun kesehatan. Dengan meningkatnya permintaan akan alternatif yang lebih berkelanjutan, perhatian kini beralih kepada polimer biodegradabel yang berasal dari sumber biomassa alami. Inovasi ini sangat bermanfaat untuk mengembangkan film kemasan aktif yang dapat dimakan, sehingga memastikan keamanan dan keberlanjutan masa simpan makanan.
Polimer biodegradabel menawarkan banyak keunggulan, terutama dalam pengembangan film kemasan yang tidak hanya aman bagi lingkungan tetapi juga efektif dalam melindungi produk pangan. Banyak bahan aktif, seperti antioksidan alami, nanofiller, dan agen antimikroba, telah digunakan untuk meningkatkan sifat-sifat film komposit ini, seperti ketahanan terhadap oksidasi, aktivitas antimikroba, serta sifat mekanik dan penghalang. Kombinasi bahan-bahan ini menghasilkan film kemasan aktif yang dapat memperpanjang umur simpan makanan dengan lebih efektif dibandingkan kemasan konvensional.
Dalam konteks kemasan aktif berbasis antioksidan alami, penelitian terbaru menunjukkan bahwa senyawa-senyawa seperti ekstrak dari tumbuhan dapat diintegrasikan ke dalam matriks polimer untuk memberikan efek pengawetan. Misalnya, penggunaan antioksidan alami dapat memperlambat proses oksidasi yang sering kali menjadi penyebab kerusakan makanan. Hal ini tidak hanya meningkatkan kualitas dan kesegaran produk, tetapi juga menambah nilai gizi yang mungkin hilang selama penyimpanan.
Selain itu, penggunaan nanofiller dalam film kemasan aktif juga menunjukkan hasil yang menjanjikan. Nanofiller, yang dapat berupa bahan alami seperti serat tanaman atau partikel sintetis, dapat meningkatkan sifat mekanik dan penghalang film kemasan, menjadikannya lebih kuat dan tahan lama. Dalam hal ini, penting untuk mengevaluasi bagaimana kedua komponen ini berinteraksi dan memengaruhi kinerja keseluruhan film kemasan.
Namun, tantangan tetap ada, terutama terkait dengan karakteristik pelepasan dan migrasi komponen aktif dari film kemasan ke makanan. Memastikan bahwa komponen tersebut dilepaskan dengan cara yang aman dan efektif menjadi krusial untuk menjaga kualitas dan keamanan produk akhir. Selain itu, masalah ekonomi dan lingkungan terkait produksi dan penggunaan film kemasan aktif juga perlu diperhatikan. Biaya produksi yang lebih tinggi dan kesulitan dalam pengelolaan limbah dari kemasan ini menjadi perhatian utama bagi industri.
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut dan memperkuat keberlanjutan teknologi kemasan aktif. Ini termasuk eksplorasi metode produksi yang lebih efisien dan ramah lingkungan serta pengembangan standar keselamatan yang dapat diadopsi oleh industri. Kemampuan untuk mengintegrasikan kemasan aktif dengan sistem pemantauan pintar juga dapat menjadi langkah maju dalam menjaga kualitas pangan.
Secara keseluruhan, kemasan aktif berbasis biopolimer menawarkan potensi besar untuk menjawab tantangan kemasan makanan saat ini. Dengan terus melakukan penelitian dan pengembangan, industri pangan dapat meningkatkan keamanan dan keberlanjutan produk sambil memenuhi permintaan konsumen yang semakin meningkat akan kemasan yang ramah lingkungan. Inovasi ini tidak hanya akan menguntungkan produsen tetapi juga konsumen dan lingkungan secara keseluruhan.