Oleh: Kavadya Syska, S.P., M.Si. (Dosen Bidang Teknologi Pangan – Food Technologist, Universitas Nahdlatul Ulama)
Buah kesemek (Diospyros kaki L.) adalah salah satu buah yang kaya akan senyawa fitokimia, termasuk karotenoid, proantosianidin, dan asam galat, serta beragam senyawa fenolik dan vitamin. Kandungan antioksidan yang melimpah ini memberikan potensi besar terhadap manfaat kesehatan. Di balik kekayaan senyawa bioaktif tersebut, buah kesemek tidak hanya menawarkan manfaat kesehatan, tetapi juga membuka peluang dalam berbagai inovasi berkelanjutan di bidang teknologi pangan. Ini sejalan dengan gagasan inti dari EAT-Lancet Commission, yang berfokus pada pertemuan antara gizi dan keberlanjutan, dengan tujuan meningkatkan kesehatan manusia sekaligus mengurangi dampak global terhadap masalah kesehatan terkait pangan, seperti kanker, penyakit jantung, diabetes, dan obesitas.
Di sisi lain, kesemek merupakan buah yang sangat mudah rusak dan memiliki masa simpan yang pendek. Hal ini menjadi tantangan utama dalam pemanfaatannya secara luas. Oleh karena itu, solusi inovatif dalam bentuk produk pangan yang memiliki stabilitas penyimpanan lebih baik atau penerapan teknologi pascapanen untuk memperpanjang umur simpan produk berbasis kesemek sangat dibutuhkan. Teknologi pengemasan baru yang berfokus pada pemeliharaan kualitas buah dan produk-produk olahannya juga perlu dikembangkan untuk menghadapi masalah ini.
Selain manfaat kesehatannya, kesemek juga menawarkan nilai lebih dalam keberlanjutan, terutama melalui pemanfaatan limbahnya. Limbah dari buah kesemek telah dieksplorasi dalam berbagai penelitian sebagai solusi ramah lingkungan. Beberapa inovasi yang telah ditemukan antara lain pemanfaatan limbah kesemek untuk bahan bakar bio, zat pereduksi ramah lingkungan untuk pewarna kain, regulator pertumbuhan tanaman, film biodegradabel dan dapat dimakan untuk kemasan sayuran, serta agen antimikroba untuk melawan Staphylococcus aureus yang resisten terhadap metisilin, yang sering ditemukan pada daging babi di pasar.
Lebih jauh lagi, pektin kesemek telah terbukti efektif sebagai emulsifier yang dapat mencegah peroksidasi lipid, sementara ekstrak pedicel kesemek menunjukkan aktivitas anti-Helicobacter pylori yang dapat bermanfaat untuk kesehatan pencernaan. Inovasi-inovasi ini memperlihatkan bahwa buah kesemek, baik dalam bentuk utuh maupun limbahnya, memiliki potensi besar yang melampaui dapur dan meja makan sehari-hari. Teknologi berkelanjutan yang berbasis pada buah ini sudah berada di jalur yang benar untuk diadopsi secara luas, terutama di masa depan ketika krisis pangan global dan darurat iklim semakin mendesak.
Meskipun demikian, studi mekanistik dan uji klinis masih sangat diperlukan untuk memperdalam pemahaman tentang manfaat kesehatan dari konsumsi kesemek. Selain itu, tantangan dalam meningkatkan skala produksi inovasi berbasis kesemek juga menjadi prioritas agar bisa diterapkan secara luas dalam industri pangan. Langkah-langkah ini akan menjadi kunci dalam memastikan bahwa inovasi berbasis kesemek dapat berkontribusi secara signifikan dalam transisi menuju sistem pangan yang lebih berkelanjutan dan sehat.
Kesimpulannya, dengan memanfaatkan potensi kesemek, baik dari segi gizi maupun keberlanjutan, kita dapat menemukan solusi pangan yang tidak hanya menyehatkan tetapi juga mendukung lingkungan. Kesemek menawarkan lebih dari sekadar buah biasa; ia adalah bagian dari solusi untuk masa depan pangan yang lebih baik, lebih hijau, dan lebih berkelanjutan.