Oleh: Kavadya Syska, S.P., M.Si. (Dosen Bidang Teknologi Pangan – Food Technologist, Universitas Nahdlatul Ulama)
Dalam beberapa tahun terakhir, minat masyarakat terhadap makanan organik telah meningkat pesat. Para konsumen kini tidak hanya peduli pada kualitas bahan baku, tetapi juga pada cara pengolahan makanan tersebut. Makanan organik sering kali diasosiasikan dengan nilai-nilai kesehatan, kealamian, dan kualitas gizi yang lebih baik. Hal ini mendorong kebutuhan untuk memahami ekspektasi konsumen mengenai kualitas yang berkaitan dengan proses pengolahan makanan organik.
Konsumen cenderung menganggap makanan organik sebagai pilihan yang lebih bergizi dan sehat. Mereka memiliki kekhawatiran bahwa proses pengolahan yang intensif dapat mengurangi sifat gizi, organoleptik, dan sensorik dari produk makanan. Oleh karena itu, penting untuk mendalami bagaimana teknologi pengolahan alternatif dapat menawarkan solusi yang sehat dan aman tanpa mengorbankan kualitas nutrisi. Teknologi seperti gelombang mikro atau medan listrik terputus (pulsed electric fields) sering kali dianggap sebagai proses yang lebih modern, namun tidak selalu diterima dengan baik oleh konsumen yang menginginkan produk yang tampak alami.
Dalam konteks ini, penelitian terbaru berusaha untuk merumuskan definisi “proses yang hati-hati” untuk produk organik. Definisi ini dimaksudkan untuk memberikan panduan bagi konsumen dalam menilai berbagai metode pengolahan makanan. Melalui eksperimen, peneliti menguji konsistensi definisi ini dan bagaimana konsumen meresponsnya ketika menilai berbagai teknologi pengolahan alternatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa definisi yang diusulkan memungkinkan konsumen untuk memberikan penilaian yang konsisten terhadap berbagai teknologi pengolahan.
Menariknya, konsumen cenderung menilai teknologi pengolahan alternatif seperti gelombang mikro dan medan listrik terputus sebagai kurang hati-hati. Temuan ini menunjukkan bahwa konsumen organik menginginkan sesedikit mungkin campur tangan manusia dalam produk makanan mereka. Ini mempertegas bahwa persepsi konsumen terhadap pengolahan makanan sangat dipengaruhi oleh asumsi mereka tentang apa yang alami dan apa yang tidak.
Sederhananya, penelitian ini menunjukkan bahwa definisi yang jelas dan sederhana tentang proses pengolahan yang hati-hati dapat membantu konsumen membedakan produk makanan organik dari produk konvensional. Ketika informasi disampaikan dengan cara yang mudah dipahami, konsumen dapat lebih mudah mengevaluasi pilihan mereka. Ini menunjukkan pentingnya komunikasi yang efektif dalam industri makanan, khususnya dalam konteks produk organik.
Bagi para pelaku industri, pemahaman terhadap ekspektasi konsumen mengenai proses pengolahan dapat menjadi kunci dalam mengembangkan produk yang tidak hanya memenuhi standar kualitas tetapi juga selaras dengan keinginan konsumen. Dengan memahami apa yang dimaksud dengan proses hati-hati, produsen dapat lebih baik dalam merancang metode pengolahan yang sesuai dan sekaligus menjaga kepercayaan konsumen.
Secara keseluruhan, temuan ini membuka peluang untuk meningkatkan kesadaran dan pendidikan tentang teknologi pengolahan makanan. Dengan pendekatan yang tepat, diharapkan konsumen dapat lebih terbuka terhadap teknologi baru yang dapat meningkatkan kualitas produk tanpa mengorbankan prinsip kealamian yang mereka junjung.