Inovasi Teknologi Plasma Suhu Rendah dalam Pengolahan Sayuran: Solusi Efisien untuk Mempercepat Proses Pengeringan dan Mempertahankan Nutrisi

Oleh: Kavadya Syska, S.P., M.Si. (Dosen Bidang Teknologi Pangan – Food Technologist, Universitas Nahdlatul Ulama)

Teknologi pengolahan pangan terus berkembang seiring dengan kebutuhan untuk meningkatkan efisiensi produksi, salah satunya adalah penggunaan teknologi plasma suhu rendah sebagai metode pretreatment pada sayuran yang memiliki lapisan lilin, seperti paprika, lentil, dan kacang polong. Teknologi ini menawarkan solusi inovatif untuk mempercepat proses pengeringan dengan cara meningkatkan difusi kelembapan dan memperpendek waktu pengeringan secara signifikan. Berdasarkan penelitian, penggunaan plasma suhu rendah dengan berbagai daya (200, 300, 400, dan 500 W) dan durasi waktu pretreatment (30, 40, dan 50 detik) menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam efisiensi pengeringan pada suhu pengeringan yang bervariasi.

Dalam studi ini, sayuran seperti paprika yang telah mengalami pretreatment plasma suhu rendah kemudian dikeringkan pada suhu 45, 50, dan 55°C. Sedangkan lentil dan kacang polong dikeringkan pada suhu 65, 70, dan 75°C setelah mengalami pretreatment yang sama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada daya pretreatment plasma 500 W selama 30 detik pada suhu 55°C, waktu pengeringan paprika dapat dipersingkat hingga 18,75%. Efektivitas difusi kelembapan mencapai maksimum dengan nilai 5,843 × 10⁻¹⁰ m²·s⁻¹, serta energi aktivasi (Ea) yang lebih rendah yaitu 69,349 kJ·mol⁻¹ dibandingkan dengan kelompok kontrol yang memiliki nilai 71,118 kJ·mol⁻¹.

Untuk lentil dan kacang polong, hasil yang diperoleh lebih mencengangkan lagi. Pada pretreatment plasma dengan daya 500 W selama 30 detik pada suhu 75°C, waktu pengeringan lentil dapat dipersingkat hingga 33,33%, sementara untuk kacang polong, waktu pengeringan berkurang sebesar 27,27%. Difusi kelembapan efektif lentil mencapai 2,526 × 10⁻⁹ m²·s⁻¹ dengan energi aktivasi 27,359 kJ·mol⁻¹, jauh lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol dengan energi aktivasi 33,366 kJ·mol⁻¹. Kacang polong menunjukkan nilai difusi kelembapan maksimum sebesar 1,867 × 10⁻⁹ m²·s⁻¹ dan energi aktivasi 23,583 kJ·mol⁻¹, dibandingkan dengan 29,107 kJ·mol⁻¹ untuk kelompok kontrol.

Studi ini secara jelas menunjukkan bahwa pretreatment plasma dengan daya yang lebih tinggi dapat secara signifikan meningkatkan efisiensi pengeringan sayuran, namun durasi pretreatment yang lebih lama tidak selalu berbanding lurus dengan percepatan waktu pengeringan. Ini menandakan adanya titik optimal dalam penggunaan plasma suhu rendah, di mana waktu dan daya harus disesuaikan agar efisiensi maksimal tercapai tanpa menimbulkan efek negatif pada produk.

Aplikasi praktis dari teknologi plasma suhu rendah dalam industri pangan sangat potensial, terutama dalam pengolahan buah, sayur, dan produk pangan lainnya sebelum proses pengeringan. Teknologi ini menawarkan keunggulan dalam hal penghematan energi dan kemampuan mempertahankan kualitas warna serta kandungan nutrisi dari produk yang dikeringkan. Tidak seperti metode pengeringan konvensional yang dapat merusak nutrisi, teknologi ini bekerja pada suhu rendah dan tekanan normal, sehingga lebih ramah lingkungan dan ekonomis.

Secara keseluruhan, teknologi plasma suhu rendah membuka peluang baru dalam industri pangan, terutama dalam hal mempercepat proses pengeringan tanpa mengorbankan kualitas produk. Dengan waktu pengeringan yang lebih singkat, industri dapat meningkatkan kapasitas produksi sekaligus mempertahankan kandungan gizi serta kualitas sensorik dari produk pangan. Inovasi ini tidak hanya menawarkan efisiensi proses, tetapi juga menjawab kebutuhan pasar akan produk pangan berkualitas tinggi dengan teknologi yang lebih ramah lingkungan.

Written by 

Teknologia managed by CV Teknologia (Teknologia Group) is a publisher of books and scientific journals with both national and international reach.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *