Review Oleh: Ropiudin, S.TP., M.Si. (Dosen Bidang Teknik Sistem Termal dan Energi Terbarukan, Universitas Jenderal Soedirman)
Isu perubahan iklim dan pemanasan global telah menjadi perhatian global yang mendesak, terutama dalam kaitannya dengan pengurangan emisi karbon dan peningkatan kualitas lingkungan. Penelitian ini menarik karena mengeksplorasi faktor-faktor ekonomi dan energi yang berperan dalam mengurangi emisi karbon di Indonesia, menggunakan pendekatan ekonometrika yang jarang diterapkan dalam penelitian serupa. Sebagai dosen di bidang Teknik Sistem Termal dan Energi Terbarukan, penelitian ini menjadi sangat relevan dalam memahami interaksi antara pertumbuhan ekonomi, penggunaan energi fosil, dan energi terbarukan dengan emisi karbon serta keberlanjutan lingkungan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi dan penggunaan energi fosil memberikan kontribusi signifikan terhadap peningkatan emisi karbon di Indonesia. Peningkatan ekonomi sebesar 1% akan meningkatkan emisi karbon sebesar 0.36%, sementara penggunaan energi fosil sebesar 1% meningkatkan emisi sebesar 0.67%. Data ini mengonfirmasi bahwa pertumbuhan ekonomi konvensional yang bergantung pada energi fosil memiliki dampak negatif terhadap lingkungan. Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan model ekonomi yang lebih berkelanjutan dan berbasis energi bersih.
Di sisi lain, penelitian ini juga memberikan harapan dengan menunjukkan bahwa penggunaan energi terbarukan, inovasi teknologi, produktivitas pertanian, dan pengelolaan hutan yang berkelanjutan berperan penting dalam mengurangi emisi karbon. Peningkatan penggunaan energi terbarukan sebesar 1% dapat mengurangi emisi karbon sebesar 0.11%, sementara inovasi teknologi dan peningkatan produktivitas pertanian masing-masing dapat menurunkan emisi karbon sebesar 0.07% dan 0.24%. Ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki peluang besar untuk menurunkan emisi melalui transisi ke energi terbarukan dan penerapan teknologi canggih di sektor industri dan pertanian.
Yang paling menarik adalah dampak signifikan dari luas hutan terhadap pengurangan emisi karbon. Penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan luas hutan sebesar 1% dapat mengurangi emisi karbon hingga 2.87%. Hal ini menegaskan pentingnya pengelolaan hutan yang berkelanjutan sebagai salah satu alat paling efektif untuk mitigasi perubahan iklim di Indonesia. Dengan kekayaan hutan tropisnya, Indonesia dapat memainkan peran kunci dalam penyerapan karbon global, namun upaya ini harus diimbangi dengan kebijakan yang kuat untuk melindungi dan memperluas kawasan hutan dari deforestasi.
Dalam konteks kebijakan, penelitian ini memberikan sejumlah rekomendasi penting untuk mencapai keberlanjutan lingkungan di Indonesia. Salah satu rekomendasi utama adalah transisi ke ekonomi rendah karbon yang lebih menekankan pada penggunaan energi terbarukan dan teknologi ramah lingkungan. Peningkatan pembiayaan untuk inovasi teknologi juga sangat penting, karena teknologi yang lebih efisien akan membantu mengurangi emisi dari sektor industri dan energi. Selain itu, pentingnya pertanian cerdas iklim (climate-smart agriculture) yang tidak hanya meningkatkan produktivitas tetapi juga mengurangi dampak lingkungan, merupakan langkah strategis untuk keberlanjutan sektor pertanian di Indonesia.
Pengelolaan hutan yang berkelanjutan juga menjadi poin penting dalam penelitian ini. Pemerintah harus memperkuat kebijakan perlindungan hutan dan reforestasi untuk memastikan penyerapan karbon yang maksimal. Selain itu, memperluas program konservasi hutan dan mendorong keterlibatan masyarakat dalam upaya pelestarian lingkungan akan meningkatkan efektivitas kebijakan ini dalam jangka panjang.
Secara keseluruhan, penelitian ini memberikan panduan yang jelas dan berbasis data untuk perumusan kebijakan lingkungan di Indonesia. Dengan menggabungkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dengan transisi energi terbarukan dan inovasi teknologi, Indonesia dapat mencapai keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan keberlanjutan lingkungan. Sebagai dosen yang berfokus pada energi terbarukan, saya melihat bahwa penerapan rekomendasi ini tidak hanya relevan untuk Indonesia, tetapi juga menjadi model bagi negara-negara berkembang lainnya dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan pembangunan berkelanjutan.