Oleh: Kavadya Syska, S.P., M.Si. (Dosen Bidang Teknologi Pangan – Food Technologist, Universitas Nahdlatul Ulama)
Nicotinamide mononucleotide (NMN), dikenal sebagai antioksidan alami yang telah disetujui sebagai suplemen nutrisi dan bahan pangan, kini menarik perhatian luas dalam dunia kesehatan. Namun, perannya dalam mengatasi silikosis—suatu kondisi yang ditandai dengan kerusakan paru akibat stres oksidatif—belum banyak dipahami. Studi terbaru yang menggunakan model silikosis melalui pemberian intratrakeal silika menunjukkan hasil yang sangat menjanjikan mengenai manfaat NMN dalam mengurangi kerusakan paru dan stres oksidatif. Penemuan ini dapat memberikan terobosan penting dalam pengembangan strategi pencegahan silikosis.
Pada tingkat histologis, NMN terbukti mampu mengurangi kerusakan paru secara signifikan dalam periode 7 hingga 28 hari setelah pemberian. Ini terlihat dari penurunan koefisien berat paru serta perubahan histologis yang lebih baik. Lebih jauh lagi, NMN juga mampu menekan stres oksidatif di jaringan paru dengan cara mengurangi tingkat reactive oxygen species (ROS) dan meningkatkan kadar glutathione, yang merupakan antioksidan endogen penting bagi tubuh. Ini menunjukkan bahwa NMN memiliki peran kuat dalam menjaga keseimbangan redoks di paru-paru yang terkena silika.
Tak hanya itu, efek NMN dalam mengurangi peradangan juga sangat signifikan. Penelitian ini menunjukkan bahwa NMN mampu mengurangi perekrutan sel-sel inflamasi dan infiltrasi peradangan di jaringan paru. Dalam konteks ini, NMN bukan hanya berfungsi sebagai antioksidan, tetapi juga sebagai agen antiinflamasi yang potensial. Ini tentunya menjadi poin penting dalam pengelolaan silikosis, mengingat peradangan kronis adalah salah satu faktor utama yang memperburuk kondisi pasien silikosis.
Analisis transkriptom dalam penelitian ini memberikan wawasan lebih mendalam mengenai mekanisme kerja NMN. NMN diketahui berpengaruh pada regulasi jalur respon imun dan metabolisme glutathione. Lebih menarik lagi, NMN terbukti mampu meningkatkan ekspresi gen antioksidan seperti Gstm1, Gstm2, dan Mgst1 melalui peningkatan ekspresi dan translokasi nuklir faktor transkripsi nuclear factor-erythroid 2 related factor 2 (Nrf2). Nrf2 merupakan regulator utama dalam pertahanan sel terhadap stres oksidatif. Dalam hal ini, NMN berperan penting dalam mengaktifkan jalur Nrf2 untuk memicu mekanisme perlindungan antioksidan tubuh.
Interaksi gen yang dianalisis dalam studi ini juga menunjukkan bahwa Nrf2 berinteraksi dengan Gstm1 dan Mgst1 melalui Gstm2. Interaksi ini memainkan peran penting dalam mekanisme perlindungan terhadap kerusakan oksidatif yang terutama terjadi di fibroblas, yaitu sel yang berperan dalam pembentukan jaringan ikat. Fakta bahwa kerusakan oksidatif sebagian besar terjadi pada fibroblas menekankan pentingnya NMN dalam melindungi struktur dan fungsi jaringan paru dari kerusakan akibat silika.
Secara keseluruhan, penelitian ini memberikan bukti kuat bahwa suplementasi NMN dapat menjadi strategi yang menjanjikan untuk mengatasi stres oksidatif dan peradangan yang disebabkan oleh silika pada silikosis. Penemuan ini tidak hanya membuka pintu untuk penggunaan NMN sebagai suplemen kesehatan bagi para pekerja yang berisiko terkena silikosis, tetapi juga memberikan peluang untuk pengembangan produk pangan fungsional berbasis NMN yang dapat mendukung kesehatan paru dan mencegah kerusakan oksidatif pada populasi yang lebih luas.
Sebagai dosen di bidang Teknologi Pangan, penting untuk mencatat bahwa manfaat NMN ini juga dapat dimanfaatkan dalam formulasi pangan fungsional. NMN dapat menjadi bahan tambahan yang potensial dalam industri pangan untuk menghasilkan produk yang tidak hanya menyehatkan, tetapi juga memberikan perlindungan spesifik terhadap penyakit akibat stres oksidatif dan peradangan. Penelitian ini membuka jalan bagi pengembangan lebih lanjut di bidang teknologi pangan yang berbasis ilmiah dan berfokus pada kesehatan masyarakat.