Review Oleh: Ropiudin, S.TP., M.Si. (Dosen Bidang Teknik Sistem Termal dan Energi Terbarukan, Universitas Jenderal Soedirman)
Desertifikasi merupakan salah satu tantangan lingkungan yang paling mendesak di era modern ini. Dengan semakin berkurangnya sumber daya alam dan meningkatnya kebutuhan akan energi terbarukan, pencarian solusi inovatif menjadi sangat penting. Salah satu pendekatan yang menjanjikan adalah penggunaan teknologi cetak 3D berbasis energi surya untuk memanfaatkan pasir gurun dalam pembuatan material bangunan ramah lingkungan. Penelitian ini menunjukkan bahwa dengan mengoptimalkan parameter proses cetak 3D, kita dapat menghasilkan material yang tidak hanya kuat tetapi juga berkontribusi pada pengendalian desertifikasi.
Dalam penelitian ini, eksperimen optimasi parameter proses cetak 3D dilakukan untuk menghasilkan sampel yang berkualitas tinggi. Berbagai teknik analisis digunakan untuk mengevaluasi karakteristik fisik dan mekanik dari sampel yang dicetak, termasuk sistem pemindaian sinar-X, mikroskop elektron pemindai, dan pengujian kekuatan. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kekuatan tekan sampel mencapai 62,05 MPa, yang menunjukkan potensi material ini untuk digunakan dalam konstruksi. Selain itu, konduktivitas termal yang mencapai 1,069 W/m·K menunjukkan bahwa material ini juga memiliki kemampuan isolasi yang baik.
Kekuatan lentur, kekerasan Vickers, ketangguhan patah, dan koefisien ekspansi termal dari sampel yang dicetak 3D juga menunjukkan hasil yang sebanding dengan material yang dihasilkan melalui proses konvensional. Hal ini menandakan bahwa teknologi cetak 3D tidak hanya dapat menghasilkan material yang ramah lingkungan, tetapi juga memenuhi standar kualitas yang diperlukan dalam industri konstruksi. Dengan demikian, inovasi ini membuka peluang baru untuk penggunaan material lokal yang sebelumnya tidak dimanfaatkan.
Salah satu aspek menarik dari penelitian ini adalah realisasi interlocking self-assembly pada produk material bangunan yang dicetak. Konsep ini memungkinkan komponen bangunan untuk saling mengunci tanpa memerlukan bahan tambahan, yang tidak hanya mengurangi penggunaan material tetapi juga mempercepat proses konstruksi. Ini adalah langkah maju yang signifikan dalam menciptakan bangunan yang lebih efisien dan berkelanjutan.
Dari perspektif teknik sistem termal dan energi terbarukan, penggunaan energi surya sebagai sumber energi untuk proses cetak 3D adalah langkah yang sangat strategis. Dengan memanfaatkan sumber daya yang melimpah dan terbarukan, kita dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan mengurangi jejak karbon dari proses konstruksi. Ini sejalan dengan tujuan global untuk mencapai pembangunan berkelanjutan dan mengurangi dampak perubahan iklim.
Penelitian ini juga memiliki implikasi yang lebih luas dalam konteks pengendalian desertifikasi. Dengan memanfaatkan pasir gurun yang melimpah untuk pembuatan material bangunan, kita tidak hanya menciptakan solusi untuk masalah kekurangan material, tetapi juga berkontribusi pada rehabilitasi lahan yang terdegradasi. Ini adalah contoh nyata bagaimana teknologi dapat digunakan untuk mengatasi tantangan lingkungan yang kompleks.
Secara keseluruhan, penelitian ini menunjukkan bahwa cetak 3D berbasis energi surya adalah solusi inovatif yang dapat mengubah cara kita memproduksi material bangunan. Dengan mengintegrasikan teknologi modern dan sumber daya lokal, kita dapat menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan. Sebagai seorang dosen di bidang Teknik Sistem Termal dan Energi Terbarukan, saya sangat mengapresiasi upaya ini dan berharap dapat melihat lebih banyak penelitian dan aplikasi praktis dari teknologi ini di masa depan.