Oleh: Kavadya Syska, S.P., M.Si. (Dosen Bidang Teknologi Pangan – Food Technologist, Universitas Nahdlatul Ulama)
Penelitian ini menarik perhatian pada perbedaan nutrisi antara puree bayi buatan rumah dan yang diproduksi secara komersial, sebuah topik penting bagi orang tua yang peduli dengan kesehatan anak mereka. Ada dua tujuan utama dari penelitian ini. Pertama, penelitian ini membandingkan nilai gizi puree bayi buatan rumah dengan puree komersial, di mana data dari database komposisi pangan nasional digunakan sebagai acuan. Kedua, penelitian ini memfokuskan pada analisis profil karbohidrat dari sebagian kecil produk untuk melihat perbedaan dalam komposisi molekulnya.
Dalam studi pertama, ditemukan bahwa 88% dari mikronutrien yang diukur dalam puree komersial berada dalam atau di atas rentang norma puree buatan rumah. Hal ini menunjukkan bahwa puree komersial secara umum mampu memenuhi standar gizi puree buatan rumah, bahkan dalam beberapa kasus mampu memberikan lebih banyak mikronutrien. Untuk beberapa mikronutrien yang jatuh di bawah rentang norma, perbedaan tersebut dapat dijelaskan oleh faktor-faktor seperti kondisi tanah dan cara menanam bahan-bahan mentah. Sebagai seorang dosen Teknologi Pangan, penting untuk menekankan bahwa variasi ini wajar dalam produksi makanan berbasis pertanian karena pengaruh lingkungan yang berbeda.
Pada studi kedua, dilakukan analisis terhadap profil karbohidrat, yang menunjukkan bahwa baik puree buatan rumah maupun komersial memiliki profil karbohidrat yang hampir sama. Lebih dari 90% dari fraksi karbohidrat dalam ekstrak air terdiri dari gula dengan berat molekul rendah. Ini menunjukkan bahwa dari segi kandungan gula sederhana, puree komersial dan buatan rumah memberikan hasil yang serupa. Hal ini penting karena gula dengan berat molekul rendah lebih cepat diserap tubuh, sehingga pemahaman ini dapat membantu dalam mengelola asupan gula pada bayi.
Salah satu hasil yang menarik dari penelitian ini adalah bahwa kedua jenis puree memiliki beban glikemik (eGL) yang rendah, yaitu di bawah 10 setara glukosa. Ini berarti bahwa meskipun kandungan karbohidrat mereka mirip, keduanya memiliki dampak yang relatif rendah terhadap kenaikan gula darah setelah dikonsumsi. Bagi orang tua yang khawatir tentang risiko obesitas atau diabetes tipe 2 pada anak di masa depan, ini adalah informasi yang sangat berharga, karena beban glikemik yang rendah mendukung pengelolaan kadar gula darah yang lebih stabil.
Penelitian ini juga membuka wacana tentang kesetaraan kualitas antara puree buatan rumah dan puree komersial. Sering kali, puree buatan rumah dianggap lebih sehat karena segar dan tidak mengandung bahan pengawet. Namun, hasil studi ini menunjukkan bahwa dari segi mikronutrien dan profil karbohidrat, puree komersial dapat bersaing dengan puree buatan rumah. Bahkan, dalam beberapa aspek, puree komersial mungkin lebih konsisten dalam hal nilai gizi karena pengolahan yang dikontrol secara ketat di pabrik.
Di sisi lain, penting untuk mempertimbangkan bahwa meskipun hasil penelitian ini menunjukkan kesetaraan dalam hal nutrisi dan beban glikemik, puree buatan rumah masih memiliki keuntungan dalam hal kontrol bahan. Orang tua dapat memilih bahan organik, lokal, atau menyesuaikan resep sesuai kebutuhan spesifik anak mereka, seperti intoleransi makanan atau preferensi rasa. Puree buatan rumah juga memungkinkan penyesuaian lebih fleksibel terhadap tekstur dan rasa, yang penting dalam memperkenalkan variasi makanan kepada bayi.
Kesimpulannya, penelitian ini memberikan wawasan penting bahwa puree bayi, baik yang diproduksi di rumah maupun secara komersial, mampu memberikan gizi yang seimbang dan serupa. Dengan penemuan ini, orang tua dapat lebih percaya diri memilih puree komersial tanpa harus khawatir tentang kualitas gizi, sementara tetap menikmati fleksibilitas dalam memilih puree buatan rumah jika menginginkan kontrol lebih besar atas bahan-bahan yang digunakan.