Oleh: Kavadya Syska, S.P., M.Si. (Dosen Bidang Teknologi Pangan – Food Technologist, Universitas Nahdlatul Ulama)
Penyakit Penyimpanan Glikogen Tipe Ia (GSD-Ia) adalah salah satu gangguan metabolik yang paling umum pada hati, di mana penanganannya terutama terdiri dari diet kaya karbohidrat lambat cerna, seperti pati jagung mentah, serta pembatasan gula sederhana. Tujuan utama dari diet ini adalah menjaga kadar glukosa darah (euglycemia) dan mencegah gangguan metabolik sekunder. Pati, sebagai polimer glukosa yang terdiri dari amilosa dan amilopektin, dapat diperoleh dari berbagai sumber, salah satunya adalah singkong manis. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa pati singkong manis memiliki potensi untuk digunakan sebagai alternatif dalam penanganan GSD-Ia.
Pati jagung mentah telah lama digunakan dengan sukses untuk penderita GSD-Ia, tetapi tidak terlepas dari efek samping seperti hiperglikemia dan peningkatan berat badan. Oleh karena itu, para peneliti mulai mencari sumber pati lain yang dapat memberikan manfaat serupa tanpa efek samping tersebut. Pati singkong manis menjadi salah satu kandidat yang menarik karena uji in vitro dan in vivo menunjukkan potensi penggunaannya dalam pengobatan GSD-Ia.
Dalam penelitian ini, analisis kadar air menunjukkan bahwa pati singkong manis memiliki kadar air yang bervariasi antara 10,3 hingga 12,8%, sementara pati jagung mentah memiliki kadar air antara 7,3 hingga 11,1%. Kadar air yang lebih tinggi dalam pati singkong manis dapat memengaruhi stabilitas dan tekstur produk saat dikonsumsi, namun tetap berada dalam batas yang dapat diterima untuk digunakan dalam terapi. Selain itu, gula terdeteksi pada 3 dari 5 sampel pati singkong manis dan 1 dari 3 sampel pati jagung mentah. Deteksi gula ini penting karena kadar gula dalam makanan dapat memengaruhi kadar glukosa darah pasien GSD-Ia, yang membutuhkan kontrol gula yang ketat.
Menariknya, produk B dan E dalam penelitian ini memiliki kadar amilopektin yang lebih tinggi dan kadar gula yang tidak terdeteksi, yang membuatnya lebih menjanjikan sebagai sumber pati dalam pengobatan GSD-Ia. Amilopektin, yang lebih mudah dicerna, dapat memberikan suplai glukosa yang lebih stabil dibandingkan amilosa, sehingga membantu menjaga kadar glukosa darah tanpa risiko hiperglikemia yang tinggi. Dengan adanya temuan ini, penting untuk dilakukan uji klinis lebih lanjut untuk membandingkan sampel F dan G serta mengevaluasi dampak dari keberadaan jejak gula pada sumber pati yang sama.
Secara keseluruhan, hasil penelitian ini memberikan bukti bahwa pati singkong manis dapat menjadi alternatif yang layak dalam pengobatan GSD-Ia. Selain pati jagung mentah, pati singkong manis berpotensi memberikan stabilitas glukosa yang lebih baik dan mengurangi risiko kenaikan berat badan berlebih pada pasien. Namun, uji klinis masih diperlukan untuk memastikan keamanan dan efektivitasnya dalam jangka panjang.
Sebagai Dosen Teknologi Pangan, penting untuk mendukung penelitian ini karena penggunaan sumber pati alami yang lebih beragam dapat memberikan solusi yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan dalam pengelolaan gangguan metabolik. Selain itu, dengan diversifikasi sumber pati, kita dapat memberikan pilihan diet yang lebih luas bagi pasien GSD-Ia, yang pada gilirannya dapat meningkatkan kualitas hidup mereka. Pati singkong manis adalah salah satu inovasi yang patut dipertimbangkan sebagai alternatif yang lebih efektif dan aman.