Oleh: Kavadya Syska, S.P., M.Si. (Dosen Bidang Teknologi Pangan – Food Technologist, Universitas Nahdlatul Ulama)
Penelitian ini memperkenalkan terobosan baru dalam teknologi kemasan pangan melalui pengembangan film biomakromolekul polysakarida yang tidak hanya berfungsi sebagai pelindung, tetapi juga mampu memantau kesegaran produk pangan seperti daging babi, udang, dan susu. Dengan menggunakan pati hidroksipropil sebagai bahan matriks, carboxymethyl cellulose sebagai agen cross-linking fisik, gliserin sebagai plastisizer, dan antosianin dari Lycium ruthenicum sebagai indikator warna, film ini menjadi inovasi penting dalam menciptakan kemasan cerdas yang dapat mendeteksi perubahan pH—parameter penting dalam menentukan kesegaran pangan.
Sebagai dosen Teknologi Pangan, inovasi ini sangat menarik karena menawarkan solusi praktis dan ramah lingkungan untuk industri pangan. Penggunaan bahan-bahan alami seperti antosianin dari Lycium ruthenicum yang memiliki sensitivitas tinggi terhadap pH memungkinkan film ini untuk berubah warna sesuai dengan kondisi kesegaran produk yang dikemas. Ketika produk pangan seperti daging dan susu mulai membusuk, pH cenderung naik, dan film ini akan memberikan indikasi visual yang jelas melalui perubahan warna. Hal ini memudahkan konsumen untuk langsung mengetahui apakah produk yang dibeli masih segar atau sudah mengalami penurunan kualitas.
Dari segi karakteristik fisik, penelitian ini menunjukkan bahwa film tersebut memiliki sifat larut air yang baik, rasio pembengkakan yang sesuai, serta stabilitas termal yang cukup untuk digunakan dalam aplikasi kemasan. Selain itu, uji mekanik yang mencakup kekuatan tarik dan perpanjangan saat putus juga menunjukkan bahwa film ini memiliki kekuatan yang cukup untuk melindungi produk selama penyimpanan dan transportasi. Penggunaan carboxymethyl cellulose sebagai agen cross-linking fisik memberikan kekuatan tambahan pada film tanpa mengorbankan fleksibilitas, sementara gliserin sebagai plastisizer memberikan sifat elastis yang diperlukan.
Kelebihan lain dari film ini adalah kemampuannya untuk diproduksi melalui metode sederhana seperti pencampuran larutan dan pemisahan fase cair, yang berarti teknologi ini memiliki potensi untuk diproduksi secara massal dengan biaya yang relatif rendah. Ini sangat penting mengingat kebutuhan industri untuk solusi kemasan yang tidak hanya efisien tetapi juga ekonomis. Potensi aplikasi film ini tidak terbatas pada daging babi, udang, dan susu, tetapi juga dapat diperluas ke berbagai produk pangan lain yang rentan terhadap kerusakan mikrobiologis atau kimiawi.
Dari perspektif keberlanjutan, pengembangan film berbasis biomakromolekul polysakarida ini juga sejalan dengan tren industri pangan global yang semakin bergerak menuju kemasan yang lebih ramah lingkungan. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini sebagian besar dapat terurai secara alami, mengurangi masalah limbah plastik yang sering dihasilkan dari kemasan konvensional. Selain itu, film ini menawarkan nilai tambah dengan memberikan informasi tentang kualitas produk, yang pada akhirnya dapat mengurangi pemborosan makanan karena produk yang rusak dapat dengan mudah teridentifikasi.
Kesimpulannya, penelitian ini menunjukkan potensi besar untuk diterapkan di industri pangan, terutama dalam konteks kebutuhan akan kemasan yang lebih cerdas, ramah lingkungan, dan efektif. Film biomakromolekul polysakarida ini tidak hanya melindungi produk pangan tetapi juga berfungsi sebagai indikator kesegaran yang mudah digunakan oleh konsumen. Ini adalah langkah maju yang signifikan dalam menciptakan solusi kemasan yang lebih terintegrasi dengan kebutuhan industri modern, dan sebagai seorang dosen Teknologi Pangan, saya melihat penelitian ini sebagai inovasi penting yang akan membentuk masa depan industri kemasan pangan.
Dengan demikian, film ini tidak hanya menawarkan kemasan yang lebih aman, tetapi juga membantu menjaga kualitas dan integritas produk pangan dari produsen hingga ke tangan konsumen. Penelitian ini membuka peluang baru untuk pengembangan kemasan pangan yang lebih pintar dan lebih hijau, sejalan dengan tuntutan global akan teknologi yang mendukung keberlanjutan dan keamanan pangan.