Review Oleh: Ropiudin, S.TP., M.Si. (Dosen Bidang Teknik Sistem Termal dan Energi Terbarukan, Universitas Jenderal Soedirman)
Dalam era modern ini, kebutuhan akan sumber energi terbarukan semakin mendesak seiring dengan menipisnya cadangan bahan bakar fosil. Salah satu solusi yang menjanjikan adalah pemanfaatan limbah pertanian dan kehutanan sebagai bahan baku biofuel. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa biorefinery yang berkelanjutan dari limbah lignoselulosa, seperti polong non-makan dari tanaman Prosopis juliflora, dapat menjadi alternatif yang efektif untuk mengatasi masalah ini. Pendekatan ini tidak hanya memberikan manfaat ekonomi, tetapi juga mendukung prinsip ekonomi sirkular dan keberlanjutan lingkungan.
Salah satu tantangan utama dalam biorefinery lignoselulosa adalah heterogenitas biomassa itu sendiri. Oleh karena itu, karakterisasi biomassa lignoselulosa sangat penting untuk memahami sifat, komposisi, dan kesesuaian bahan baku untuk produksi biofuel. Dalam studi ini, polong Prosopis juliflora dianalisis secara mendalam melalui karakterisasi proximate, ultimate, dan biokimia. Hasil karakterisasi menunjukkan bahwa polong ini memiliki potensi yang signifikan sebagai sumber energi.
Hasil analisis menunjukkan bahwa polong Pj mengandung kadar air sebesar 7,89%, volatile matter 87,67%, ash 0,21%, dan fixed carbon 4,23%, dengan nilai kalor 17,62 kg/MJ. Komposisi CHNS menunjukkan bahwa polong ini mengandung karbon 41,77%, nitrogen 3,58%, sulfur 26,3%, dan hidrogen 6,55%. Data ini menunjukkan bahwa polong Pj memiliki potensi yang baik untuk digunakan sebagai bahan baku dalam produksi bioenergi.
Analisis komposisi biokimia juga memberikan wawasan yang menarik, di mana polong Pj mengandung selulosa 26,6%, hemiselulosa 30,86%, lignin 4,71%, protein 11,63%, dan pati 1,1%. Kadar ekstraktif yang tinggi sebesar 30,56% menunjukkan bahwa polong ini kaya akan senyawa yang dapat diekstraksi, yang dapat dimanfaatkan lebih lanjut dalam proses biorefinery. Isolasi dan karakterisasi selulosa serta hemiselulosa menggunakan berbagai metode analisis seperti CP/MAS &1H NMR, FTIR, TG-DSC, SEM, XRD, dan TGA memberikan bukti yang kuat akan potensi polong ini sebagai bahan baku bioenergi.
Keberhasilan penelitian ini menunjukkan bahwa Prosopis juliflora tidak hanya dapat dimanfaatkan sebagai tanaman penghasil biomassa, tetapi juga sebagai sumber energi yang berkelanjutan. Dengan karakteristik yang menguntungkan, polong ini dapat menjadi alternatif yang layak untuk menggantikan bahan bakar fosil, sekaligus mengurangi limbah pertanian yang ada. Hal ini sejalan dengan upaya global untuk mengurangi emisi karbon dan mempromosikan penggunaan energi terbarukan.
Dalam konteks yang lebih luas, penelitian ini membuka peluang untuk pengembangan teknologi biorefinery yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Dengan memanfaatkan limbah pertanian seperti polong Pj, kita tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan energi, tetapi juga berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan dan ekonomi lokal. Oleh karena itu, penting bagi para peneliti dan praktisi di bidang teknik sistem termal dan energi terbarukan untuk terus mengeksplorasi potensi biomassa ini dan mengembangkan metode yang lebih baik untuk pemanfaatannya.
Secara keseluruhan, penelitian ini memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pemahaman kita tentang potensi limbah lignoselulosa sebagai sumber energi terbarukan. Dengan karakterisasi yang mendalam dan analisis yang komprehensif, Prosopis juliflora muncul sebagai kandidat yang menjanjikan untuk pengembangan biofuel yang berkelanjutan, yang dapat membantu mengatasi tantangan energi global di masa depan.