Oleh: Kavadya Syska, S.P., M.Si. (Dosen Bidang Teknologi Pangan – Food Technologist, Universitas Nahdlatul Ulama)
Delima semakin populer di seluruh dunia karena dianggap sebagai makanan sehat yang lezat. Selain dimanfaatkan sebagai buah segar, delima juga banyak digunakan dalam bentuk jus dan selai. Menariknya, sekitar 40–50% dari berat total buah delima adalah kulitnya, yang kaya akan berbagai zat bioaktif bernilai tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis komposisi kimia kulit delima Wonderful yang dibudidayakan di Calabria, Italia Selatan, yang diproses dengan metode inovatif pengeringan fisik kering. Hasilnya kemudian dibandingkan dengan kulit delima Wonderful yang dibekukan dari Italia Selatan, Afrika Selatan, dan India.
Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi seberapa besar pengaruh daerah tumbuh, jenis kultivar, dan metode pengeringan terhadap komposisi kimia kulit delima, terutama kandungan senyawa bioaktifnya. Analisis dilakukan menggunakan metode spektrofotometri dan HPLC untuk mendeteksi antioksidan, aktivitas antioksidan, serta komponen fenolik dan flavonoid. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kulit delima Wonderful dari Calabria yang dikeringkan dengan metode inovatif memiliki kandungan tertinggi untuk senyawa fenolik total, flavonoid total, vitamin C, vitamin E, serta aktivitas antioksidan.
Yang lebih menarik lagi, penelitian ini juga menemukan bahwa jumlah senyawa fenolik dan flavonoid tunggal yang ditemukan di kulit delima Calabria yang dikeringkan dengan proses inovatif sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi pedoklimatik unik di Calabria berkontribusi besar terhadap tingginya kandungan zat bioaktif dalam kulit delima tersebut. Ditambah lagi, metode pengeringan fisik yang inovatif terbukti menjadi cara yang efektif untuk mengkonsentrasikan dan menjaga senyawa bioaktif di dalam kulit delima.
Penemuan ini memiliki implikasi besar dalam pengembangan produk pangan fungsional berbasis delima. Pengolahan kulit delima yang selama ini dianggap limbah menjadi sumber bioaktif yang kaya membuka peluang untuk memanfaatkan bagian buah yang sebelumnya tidak digunakan. Terutama dalam industri nutraceutical dan pangan fungsional, kulit delima dapat diolah menjadi bahan baku suplemen atau bahan pangan yang kaya antioksidan.
Penggunaan teknologi pengeringan inovatif dalam penelitian ini juga memberikan keuntungan tambahan. Proses pengeringan ini tidak hanya meningkatkan kandungan zat bioaktif, tetapi juga lebih efisien dalam menjaga stabilitas senyawa-senyawa penting seperti vitamin C dan E. Dalam skala industri, metode ini bisa menjadi pilihan yang lebih baik dibandingkan dengan teknik pengeringan tradisional seperti pembekuan kering, yang memerlukan waktu dan biaya yang lebih tinggi.
Secara keseluruhan, penelitian ini menunjukkan bahwa kombinasi antara faktor lingkungan tempat tumbuh dan teknologi pengolahan yang tepat dapat meningkatkan nilai tambah kulit delima. Hal ini juga membuka jalan bagi pengembangan teknologi pangan yang lebih ramah lingkungan dan ekonomis, sekaligus memberikan manfaat kesehatan yang lebih optimal melalui produk-produk pangan berbasis delima.