Review Oleh: Ropiudin, S.TP., M.Si. (Dosen Bidang Teknik Sistem Termal dan Energi Terbarukan, Universitas Jenderal Soedirman)
Dalam konteks transisi energi global menuju keberlanjutan, biomassa co-firing di pembangkit listrik berbasis batubara muncul sebagai solusi yang menjanjikan. Dengan biaya konversi yang rendah, kemampuan untuk melakukan peak shaving yang fleksibel, dan operasi yang aman, teknologi ini menawarkan cara efektif untuk mengurangi emisi CO2 dan meningkatkan proporsi energi terbarukan dalam pembangkit listrik. Namun, meskipun potensi besar ini, penerapan biomassa co-firing di unit pembangkit listrik berbasis batubara di China masih sangat terbatas.
Salah satu tantangan utama yang dihadapi adalah kurangnya pemanfaatan sumber daya biomassa, terutama dari sektor pertanian dan kehutanan. Di negara-negara Eropa, teknologi co-firing telah diterapkan secara luas, namun di China, penerapan pada unit besar masih minim. Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan antara potensi sumber daya dan teknologi yang tersedia. Untuk mengatasi masalah ini, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan dan pengelolaan biomassa yang efisien.
Dalam upaya meningkatkan fleksibilitas pembangkit listrik berbasis batubara, penting untuk menanam tanaman energi di sekitar pembangkit dan di lahan marginal. Pendekatan ini tidak hanya akan memastikan ketersediaan bahan baku biomassa yang stabil, tetapi juga mengurangi dampak perubahan sifat bahan baku terhadap operasi unit. Dengan demikian, stabilitas pasokan biomassa dapat terjaga, yang merupakan kunci untuk keberhasilan co-firing.
Pengembangan teknologi co-firing dengan proporsi tinggi juga menjadi fokus penting. Saat ini, teknologi yang matang untuk co-firing dengan proporsi tinggi belum sepenuhnya dikembangkan. Oleh karena itu, penelitian dan inovasi dalam teknologi ini sangat diperlukan untuk memastikan bahwa rasio pencampuran dapat disesuaikan secara fleksibel sesuai dengan kebutuhan operasional dan ketersediaan biomassa.
Selain itu, penting untuk mengeksplorasi metode pengukuran pembangkit listrik biomassa yang lebih canggih. Metode ini akan membantu dalam menentukan subsidi yang wajar dan metode operasi untuk pencampuran biomassa, serta mempercepat pembentukan rantai ekonomi sirkular yang kompetitif dan dapat direplikasi. Dengan adanya standar pengukuran yang jelas, industri dapat lebih mudah beradaptasi dan berinovasi.
Proyek demonstrasi yang menguji proporsi pencampuran dari rendah ke tinggi, serta penerapan teknologi bioenergi dengan penangkapan dan penyimpanan karbon, juga perlu dilakukan. Pendekatan ini akan membantu transisi unit thermal dari pengurangan karbon bahan baku menuju dekarbonisasi gas buang. Dengan langkah-langkah ini, kita dapat mempercepat pergeseran menuju sistem energi yang lebih bersih dan berkelanjutan.
Secara keseluruhan, biomassa co-firing di pembangkit listrik berbasis batubara memiliki potensi besar untuk berkontribusi pada tujuan keberlanjutan energi. Namun, untuk mewujudkan potensi ini, diperlukan kolaborasi antara pemerintah, industri, dan akademisi untuk mengatasi tantangan yang ada dan mengembangkan solusi inovatif yang dapat diterapkan secara luas. Dengan demikian, kita dapat menciptakan masa depan energi yang lebih bersih dan berkelanjutan.