Oleh: Kavadya Syska, S.P., M.Si. (Dosen Bidang Teknologi Pangan – Food Technologist, Universitas Nahdlatul Ulama)
Sericin, protein yang dihasilkan dari ulat sutra Bombyx mori, telah lama dianggap sebagai limbah tekstil yang tidak dimanfaatkan secara maksimal. Namun, studi terbaru mengungkap potensi besar sericin dalam industri pangan berkat sifat biokimia dan medisnya. Sebagai seorang dosen Teknologi Pangan, saya melihat perkembangan ini sebagai terobosan yang menjanjikan, khususnya dalam inovasi pangan berkelanjutan dan fungsional. Penggunaan sericin tidak hanya dapat mengurangi limbah tekstil, tetapi juga menawarkan alternatif baru sebagai bahan pangan yang berpotensi meningkatkan kesehatan konsumen.
Penelitian ini berfokus pada pengembangan dessert prebiotik yang mengandung sericin, dirancang untuk memiliki nilai energi rendah dan bebas gula. Keunggulan produk ini terletak pada keberagaman target konsumen, baik mereka yang menginginkan pola makan sehat maupun individu dengan kondisi nutrisi khusus seperti diabetes, disfagia, atau penyakit inflamasi. Kombinasi bahan seperti jus apel yang didepektinisasi, pektin, sericin, laktiferin, dan stevia menekankan bahwa produk ini sepenuhnya alami dan berpotensi disertifikasi sebagai produk organik dan halal.
Sericin sebagai protein glikoprotein memberikan manfaat signifikan dalam hal tekstur dan stabilitas produk pangan. Dengan kemampuannya membentuk struktur gel, sericin dapat digunakan untuk mengembangkan produk jeli rendah energi, yang sangat cocok bagi penderita disfagia. Kondisi ini memerlukan makanan dengan tekstur tertentu agar lebih mudah ditelan, dan sericin mampu menjawab kebutuhan tersebut. Keberadaan laktiferin dalam formulasi juga menambah keunggulan produk ini karena sifat antimikroba dan imunomodulasi laktiferin, yang mendukung fungsi kekebalan tubuh.
Selain manfaat tekstural, sericin juga kaya akan asam amino esensial yang penting bagi homeostasis tubuh manusia. Sebagai komponen penting dalam sintesis protein, sericin berpotensi mendukung keseimbangan metabolik dan mempercepat proses pemulihan tubuh. Ini sangat relevan di era sekarang, di mana konsumen semakin sadar akan pentingnya asupan protein berkualitas tinggi dalam pola makan sehari-hari. Potensi ini membuka peluang untuk mengembangkan berbagai produk pangan dengan klaim kesehatan yang lebih spesifik.
Dari perspektif keberlanjutan, penggunaan sericin dalam industri pangan adalah langkah strategis dalam memanfaatkan sumber daya yang selama ini terabaikan. Limbah tekstil dari industri sutra sering kali menjadi tantangan lingkungan, dan dengan memanfaatkannya sebagai bahan pangan, kita dapat mengurangi dampak lingkungan sekaligus menciptakan nilai ekonomi baru. Selain itu, pengembangan produk pangan berbasis sericin berpotensi memenuhi standar sertifikasi organik dan halal, memperluas daya tarik produk ini di pasar global.
Dalam konteks industri pangan masa depan, sericin tidak hanya menjadi bahan inovatif untuk produk khusus, tetapi juga simbol dari pendekatan pangan yang lebih berkelanjutan dan fungsional. Tantangan yang mungkin dihadapi adalah regulasi dan penerimaan konsumen terhadap bahan baru ini. Namun, dengan dukungan dari lembaga seperti European Food Safety Authority (EFSA) dan European Commission, sericin memiliki peluang besar untuk diakui secara resmi sebagai bahan makanan yang aman dan bergizi tinggi.
Secara keseluruhan, sericin adalah inovasi menarik yang mampu menjawab tantangan industri pangan modern. Penggunaan protein ini dalam produk pangan tidak hanya memberikan manfaat fungsional, tetapi juga mengusung nilai keberlanjutan yang sangat relevan dengan tuntutan zaman. Kombinasi manfaat kesehatan, keberlanjutan, dan potensi komersial menjadikan sericin sebagai salah satu bahan yang patut diperhitungkan dalam pengembangan produk pangan di masa depan.