Teknologi Iradiasi Pangan: Inovasi dalam Keamanan Mikrobiologis dan Kualitas Produk

Oleh: Kavadya Syska, S.P., M.Si. (Dosen Bidang Teknologi Pangan – Food Technologist, Universitas Nahdlatul Ulama)

Teknologi iradiasi pangan semakin menjadi sorotan dalam industri pangan sebagai metode untuk meningkatkan keamanan mikrobiologis dan memperpanjang umur simpan produk. Iradiasi pangan, yang melibatkan penggunaan radiasi pengion, memiliki aplikasi luas, mulai dari inhibisi perkecambahan hingga pengawetan daging, ikan, telur, makanan laut, buah-buahan, sayuran, susu, dan produk olahannya. Teknologi ini juga memungkinkan produksi makanan steril yang aman dikonsumsi. Sebagai dosen di bidang Teknologi Pangan, saya melihat iradiasi sebagai salah satu inovasi penting yang dapat memberikan solusi terhadap tantangan keamanan pangan di tingkat global.

Iradiasi pangan tidak hanya efektif dalam mengurangi mikroba patogen seperti bakteri, virus, dan parasit, tetapi juga menjaga kualitas produk tanpa menambahkan bahan kimia pengawet. Proses ini bekerja dengan memaparkan bahan pangan pada radiasi pengion seperti sinar gamma, berkas elektron, atau sinar-X, yang mampu merusak DNA mikroorganisme sehingga mencegah pertumbuhannya. Salah satu keunggulan utama teknologi ini adalah kemampuannya dalam memperpanjang umur simpan berbagai komoditas pangan tanpa merusak kandungan nutrisinya secara signifikan.

Namun, dalam penerapannya, teknologi iradiasi pangan memerlukan standar dan regulasi yang ketat untuk memastikan keamanan produk yang dihasilkan. Organisasi seperti WHO, FAO, dan IAEA telah merumuskan berbagai pedoman internasional untuk menjamin keselamatan toksikologis, mikrobiologis, serta kesesuaian gizi dari produk pangan yang diiradiasi. Di lebih dari 60 negara, termasuk Indonesia, sudah ada undang-undang nasional yang mengatur aplikasi iradiasi pangan untuk tujuan komersial. Ini menunjukkan bahwa iradiasi telah diakui secara global sebagai metode yang aman dan efektif untuk mengolah pangan.

Teknologi iradiasi pangan juga didukung oleh metode deteksi canggih, seperti spektroskopi resonansi spin elektron (ESR) untuk pangan yang mengandung tulang dan selulosa, serta metode termoluminesensi (TL) untuk rempah-rempah dan herbal. Metode kimia lain yang dikembangkan oleh Komite Standarisasi Eropa (CEN) melibatkan isolasi dan deteksi hidrokarbon serta siklobutanon dalam pangan yang mengandung lemak. Ini penting untuk memastikan bahwa pangan yang telah diiradiasi dapat dideteksi dan diidentifikasi dengan tepat untuk keperluan pengawasan dan pelabelan.

Meski teknologi ini menawarkan berbagai keunggulan, tantangan dalam penerapannya di tingkat industri tetap ada. Beberapa kendala yang dihadapi meliputi biaya tinggi untuk infrastruktur iradiasi, persepsi negatif dari konsumen terkait keamanan pangan yang diiradiasi, serta regulasi yang berbeda-beda antarnegara. Di Indonesia, misalnya, meskipun sudah ada regulasi yang mengatur penggunaan teknologi ini, penerimaannya di kalangan konsumen masih memerlukan edukasi lebih lanjut. Konsumen perlu diyakinkan bahwa iradiasi pangan adalah metode yang aman dan tidak menurunkan nilai gizi produk.

Di sisi lain, iradiasi pangan dapat menjadi solusi jangka panjang untuk masalah keamanan pangan global, terutama dalam penanganan pangan segar seperti buah-buahan dan sayuran yang rentan terhadap kontaminasi mikroba. Selain itu, metode ini juga dapat diterapkan pada produk pangan yang diekspor ke negara-negara dengan standar keamanan yang ketat, sehingga membantu meningkatkan daya saing produk lokal di pasar internasional.

Secara keseluruhan, teknologi iradiasi pangan memiliki potensi besar untuk meningkatkan keamanan dan kualitas produk pangan di masa depan. Dengan regulasi yang tepat, dukungan teknologi deteksi yang andal, serta edukasi konsumen, teknologi ini dapat diterapkan lebih luas di industri pangan untuk menjawab tantangan keamanan pangan global.

Written by 

Teknologia managed by CV Teknologia (Teknologia Group) is a publisher of books and scientific journals with both national and international reach.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *