Review Oleh: Ropiudin, S.TP., M.Si. (Dosen Bidang Teknik Sistem Termal dan Energi Terbarukan, Universitas Jenderal Soedirman)
Dalam era modern ini, dunia menghadapi tantangan serius terkait dengan penipisan bahan bakar fosil dan degradasi lingkungan. Peningkatan jumlah kendaraan bermotor, pembangkit listrik, dan pabrik telah menyebabkan emisi gas berbahaya seperti karbon monoksida (CO), hidrokarbon yang tidak terbakar (HC), dan nitrogen oksida (NOx) meningkat secara signifikan. Hal ini mendorong pencarian sumber energi alternatif yang tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga lebih ekonomis dan terbarukan. Salah satu solusi yang menjanjikan adalah penggunaan biodiesel, khususnya yang berasal dari minyak nabati seperti minyak Mahua.
Minyak nabati, meskipun memiliki potensi sebagai bahan bakar alternatif, sering kali tidak memenuhi standar performa dan daya tahan yang diperlukan untuk mesin diesel. Penggunaan langsung minyak nabati dalam mesin diesel dapat mengakibatkan penurunan kinerja dan umur mesin. Oleh karena itu, proses konversi minyak nabati menjadi biodiesel melalui transesterifikasi menjadi sangat penting. Proses ini tidak hanya mengubah sifat fisik dan kimia minyak mentah, tetapi juga meningkatkan efisiensi pembakaran dan mengurangi emisi gas buang yang berbahaya.
Dalam penelitian ini, fokus utama adalah pada biodiesel yang dihasilkan dari minyak Mahua (MOB). Biodiesel ini telah menunjukkan potensi yang signifikan sebagai bahan bakar alternatif yang dapat digunakan dalam mesin diesel. Penelitian menunjukkan bahwa dengan menambahkan aditif tertentu, sifat pembakaran biodiesel dapat ditingkatkan, sehingga meningkatkan kinerja mesin. Uji coba dilakukan di berbagai kondisi operasi mesin dan beban, memberikan gambaran yang komprehensif tentang bagaimana MOB dapat berfungsi sebagai pengganti diesel konvensional.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi biodiesel dalam campuran dengan diesel konvensional dapat mengurangi faktor-faktor kinerja mesin seperti konsumsi spesifik dan efisiensi termal pengereman. Selain itu, emisi gas buang juga mengalami penurunan yang signifikan, yang menunjukkan bahwa penggunaan MOB tidak hanya bermanfaat untuk kinerja mesin tetapi juga untuk lingkungan. Ini adalah langkah penting menuju pengurangan jejak karbon dan pencapaian keberlanjutan dalam sektor transportasi dan pertanian.
Namun, tantangan tetap ada dalam penerapan luas biodiesel, termasuk masalah ketersediaan bahan baku dan biaya produksi. Oleh karena itu, penting untuk mengembangkan strategi yang dapat meningkatkan produksi minyak Mahua secara berkelanjutan dan efisien. Penelitian lebih lanjut juga diperlukan untuk mengeksplorasi potensi campuran biodiesel dengan bahan bakar fosil lainnya, serta untuk mengidentifikasi aditif yang dapat lebih meningkatkan performa dan stabilitas biodiesel.
Secara keseluruhan, biodiesel dari minyak Mahua menawarkan solusi yang menarik dan berkelanjutan untuk tantangan energi global. Dengan memanfaatkan sumber daya terbarukan dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, kita dapat berkontribusi pada masa depan yang lebih bersih dan lebih hijau. Sebagai akademisi di bidang Teknik Sistem Termal dan Energi Terbarukan, saya percaya bahwa penelitian dan pengembangan lebih lanjut dalam bidang ini sangat penting untuk mencapai tujuan keberlanjutan dan mengatasi krisis energi yang kita hadapi saat ini.
Dengan demikian, biodiesel dari minyak Mahua tidak hanya menjadi alternatif yang layak, tetapi juga merupakan langkah strategis menuju transisi energi yang lebih berkelanjutan. Melalui kolaborasi antara peneliti, industri, dan pemerintah, kita dapat menciptakan ekosistem yang mendukung pengembangan dan penerapan biodiesel sebagai solusi energi yang ramah lingkungan dan ekonomis.