Oleh: Kavadya Syska, S.P., M.Si. (Dosen Bidang Teknologi Pangan – Food Technologist, Universitas Nahdlatul Ulama)
Penelitian ini mengeksplorasi variasi pH feses dan ukuran partikel pada sapi perah yang disebabkan oleh perubahan kandungan pati dalam pakan, serta potensinya sebagai alat non-invasif untuk mendeteksi risiko Subacute Ruminal Acidosis (SARA). SARA adalah kondisi yang sering dialami oleh sapi perah ketika pH rumen turun di bawah tingkat normal akibat peningkatan konsumsi pakan kaya pati, yang berpotensi menyebabkan gangguan metabolisme dan produktivitas ternak.
Dalam studi ini, sembilan sapi Holstein tidak laktasi dan tidak hamil dengan kanulasi rumen digunakan. Selama dua periode eksperimen masing-masing 6 minggu, sapi-sapi ini pertama kali diberikan diet tinggi serat selama 1 minggu, kemudian secara bertahap dipindahkan ke diet dengan 65% konsentrat, yang dikonsumsi selama 4 minggu berturut-turut. Variasi pH feses dan ukuran partikel dianalisis pada level pati yang berbeda dalam pakan (17.3%, 21.9%, dan 28.8%) serta pada interval waktu yang berbeda setelah pemberian pakan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa level pati dalam pakan secara signifikan mempengaruhi pola pH feses. Ketika sapi diberikan pakan rendah pati (17.3%), pH feses tertinggi tercatat sebelum makan dan menurun setelahnya, mencapai titik terendah 12 jam setelah pemberian pakan. Sebaliknya, dengan pakan tinggi pati (28.8%), pH feses lebih rendah sebelum makan, namun meningkat sepanjang hari, mencapai puncak pada 8 hingga 12 jam setelah makan. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan pati dalam pakan berperan dalam memodifikasi pola pH feses, yang dapat menjadi indikator risiko SARA.
Selain pH feses, ukuran partikel feses juga dipengaruhi oleh asupan pati. Peningkatan asupan pati mengurangi proporsi partikel kecil (0.5 hingga 1.18 mm) dan meningkatkan partikel besar (>1.18 mm) serta partikel terlarut (<0.5 mm). Temuan ini memperlihatkan adanya korelasi kuat antara pH rumen, pH feses, dan ukuran partikel feses, terutama sebelum makan. Misalnya, pH feses berkorelasi dengan pH rumen minimum dan rata-rata harian, sementara proporsi partikel kecil feses berkorelasi dengan pH rumen minimum dan harian (P < 0.01). Analisis regresi menunjukkan bahwa setiap peningkatan 1 kg asupan pati menurunkan pH feses sebesar 0.38 unit, yang memperkuat pentingnya rasio serat terhadap pati dalam diet sapi perah.
Lebih lanjut, hasil penelitian ini menggarisbawahi pentingnya serat efektif fisik dalam pakan sapi perah untuk menjaga keseimbangan pH rumen dan feses. Korelasi antara ukuran partikel feses dan pH rumen juga ditemukan lebih kuat pada sampel feses segar dibandingkan dengan sampel yang telah dibekukan dan dicairkan, yang menegaskan pentingnya pemrosesan sampel secara cepat dan akurat.
Dari perspektif teknologi pangan dan manajemen peternakan, temuan ini memiliki implikasi yang signifikan. Dengan menggunakan pengukuran pH feses dan ukuran partikel sebagai alat non-invasif, peternak dapat memantau kesehatan rumen sapi perah secara efektif tanpa perlu intervensi invasif seperti pengambilan sampel rumen langsung. Ini berpotensi menjadi metode yang lebih efisien dan praktis dalam mengidentifikasi risiko SARA, sehingga memungkinkan intervensi pakan yang lebih tepat waktu dan pencegahan kondisi metabolik yang merugikan.
Sebagai seorang ahli di bidang teknologi pangan, penting untuk menyoroti bahwa pendekatan inovatif seperti ini dapat mendukung upaya peningkatan kesejahteraan ternak dan produktivitas, sekaligus mengurangi risiko kesehatan ternak akibat pakan yang tidak seimbang. Ke depannya, pengembangan teknologi pengukuran feses berbasis pH dan ukuran partikel ini dapat berpotensi diimplementasikan secara luas di industri peternakan modern, membantu meningkatkan manajemen nutrisi dan kesehatan ternak secara keseluruhan.