Simulasi Label Keyhole: Meningkatkan Asupan Gizi Remaja Melalui Pemilihan Makanan Lebih Sehat

Oleh: Kavadya Syska, S.P., M.Si. (Dosen Bidang Teknologi Pangan – Food Technologist, Universitas Nahdlatul Ulama)

Pada era modern, label gizi pada kemasan makanan memainkan peran penting dalam memberikan panduan kepada konsumen untuk memilih opsi makanan yang lebih sehat. Salah satu label yang memiliki pengakuan internasional adalah Keyhole, sebuah label yang membantu konsumen mengidentifikasi produk yang sesuai dengan kriteria gizi khusus, seperti lemak jenuh, gula, serat, garam, dan biji-bijian utuh. Sebuah studi terbaru mencoba memodelkan dampak potensial dari penggantian makanan yang dikonsumsi oleh remaja dengan makanan yang memenuhi kriteria Keyhole, dan hasilnya memberikan wawasan menarik mengenai perubahan asupan gizi mereka.

Studi ini menggunakan data survei pola makan dari “Riksmaten Adolescents 2016-2017”, yang melibatkan 3099 remaja di berbagai sekolah di Swedia. Metode yang digunakan adalah simulasi penggantian makanan, di mana makanan yang tidak memenuhi kriteria Keyhole digantikan dengan makanan yang sesuai dalam berbagai skenario. Proses ini dilakukan dengan mempertimbangkan penggantian sebagian atau seluruh makanan yang tidak sesuai, untuk melihat dampak dari penerapan label ini terhadap asupan energi dan nutrisi remaja.

Hasil dari simulasi tersebut menunjukkan perbaikan signifikan dalam memenuhi rekomendasi nutrisi, terutama dalam asupan biji-bijian utuh (wholegrains) yang meningkat hingga 196%. Penurunan asupan lemak jenuh (SFA) sebesar 13%, serta peningkatan asupan asam lemak tak jenuh ganda (PUFA) sebesar 17% dan serat sebesar 15%, juga terlihat jelas. Ini menunjukkan bahwa pemilihan makanan yang dilabeli Keyhole dapat memberikan kontribusi besar terhadap pola makan yang lebih sehat, terutama dalam hal lemak dan serat.

Namun, perbaikan pada asupan gula bebas (-3%) dan garam (-2%) terlihat lebih kecil, yang dapat dijelaskan oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah karena makanan utama sumber gula bebas sering kali tidak memenuhi syarat untuk mendapatkan label Keyhole. Di sisi lain, makanan siap saji yang sering kali mengandung banyak garam juga tidak tercakup dalam skenario penggantian ini. Hal ini menunjukkan tantangan dalam memodifikasi pola makan remaja yang lebih sehat melalui penggantian makanan olahan yang tinggi garam dan gula.

Studi ini juga menemukan beberapa efek tidak terduga yang perlu diperhatikan, seperti penurunan asupan vitamin A, asam lemak tak jenuh tunggal (MUFA), dan energi. Meskipun demikian, sebagian besar asupan mikronutrien tetap stabil atau mengalami peningkatan. Ini menunjukkan bahwa meskipun terjadi beberapa penurunan asupan gizi tertentu, secara keseluruhan, penggantian makanan dengan opsi yang memenuhi kriteria Keyhole tetap memberikan manfaat lebih besar terhadap gizi remaja.

Menariknya, perbaikan terbesar dalam sumber lemak dan serat ditemukan pada kelompok usia termuda. Hal ini dapat diartikan bahwa pendidikan sejak dini dan paparan terhadap makanan sehat berpotensi memberikan dampak jangka panjang terhadap pola makan yang lebih baik. Oleh karena itu, program edukasi gizi berbasis label Keyhole dapat memberikan dampak positif bagi generasi muda, terutama dalam meningkatkan kualitas pola makan mereka.

Secara keseluruhan, simulasi ini menggarisbawahi bahwa penggantian sebagian atau seluruh makanan dengan opsi yang memenuhi standar Keyhole dapat membantu lebih banyak remaja untuk memenuhi rekomendasi gizi harian. Meski ada beberapa tantangan terkait makanan olahan tinggi gula dan garam, pendekatan ini masih layak dipertimbangkan dalam merancang kebijakan pangan yang bertujuan meningkatkan kesehatan remaja melalui label gizi yang lebih informatif.

Written by 

Teknologia managed by CV Teknologia (Teknologia Group) is a publisher of books and scientific journals with both national and international reach.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *