Oleh: Kavadya Syska, S.P., M.Si. (Dosen Bidang Teknologi Pangan – Food Technologist, Universitas Nahdlatul Ulama)
Dalam dunia pangan, masalah keamanan menjadi prioritas utama, terutama terkait dengan keberadaan lipopolisakarida (LPS) yang merupakan komponen toksik dari bakteri Gram negatif. LPS memiliki dampak signifikan terhadap kesehatan manusia, terutama dalam menyebabkan reaksi inflamasi yang berbahaya. Oleh karena itu, deteksi LPS secara cepat, akurat, dan efisien sangat dibutuhkan dalam industri pangan dan pengolahan makanan. Sebuah metode terbaru yang dikembangkan menggunakan uji warna berbasis aptamer pengikat LPS (LBA) dan nanopartikel emas (AuNPs) memberikan solusi yang menjanjikan. Inovasi ini mampu mendeteksi LPS dengan cepat dan praktis, memanfaatkan perubahan warna dari merah ke biru sebagai indikator adanya LPS.
Teknik ini memanfaatkan interaksi antara LPS dan LBA yang diserap pada permukaan AuNPs. Dalam kondisi tanpa kehadiran LPS, LBA akan melekat pada permukaan nanopartikel emas dan mencegah terjadinya agregasi AuNPs yang diinduksi oleh pewarna fluorescent SYBR Green I (SG). Kondisi ini mempertahankan warna merah pada larutan. Namun, ketika LPS ditambahkan, ia akan berikatan dengan LBA dan membentuk kompleks, sehingga LBA yang tersisa berkurang. Pada konsentrasi LPS yang lebih tinggi, LBA yang tidak terpakai habis, memungkinkan SG menginduksi agregasi nanopartikel emas, dan terjadi perubahan warna larutan dari merah menjadi biru.
Dari perspektif Teknologi Pangan, metode deteksi ini sangat inovatif karena memberikan solusi sederhana dan cepat untuk mendeteksi LPS dalam rentang linear 0–12 EU/mL dengan batas deteksi hingga 0,1698 EU/mL. Sensitivitas dan akurasi yang tinggi ini sangat penting dalam menjaga standar keamanan pangan. Keunggulan lainnya adalah metode ini mampu mendeteksi LPS dalam sampel nyata yang terkontaminasi, sehingga aplikasinya sangat relevan dalam pengujian makanan dan minuman. Selain itu, sistem ini juga mampu membedakan keberadaan zat pengganggu lainnya, menambah keandalan uji ini dalam kondisi yang lebih kompleks di lapangan.
Uji berbasis AuNPs ini memberikan kelebihan dibandingkan dengan metode deteksi lainnya yang sering memerlukan peralatan mahal atau waktu deteksi yang lebih lama. Dalam metode ini, LBA berfungsi sebagai alat pengenalan molekuler yang spesifik terhadap LPS, dan nanopartikel emas memungkinkan deteksi visual yang dapat diamati secara kasat mata. Hal ini memberikan nilai tambah dalam penerapannya di industri pangan, di mana deteksi cepat sering kali menjadi prioritas untuk mengurangi risiko kontaminasi selama proses produksi.
Kehadiran pewarna fluorescent SYBR Green I (SG) dalam sistem ini juga sangat penting karena ia bertindak sebagai pemicu agregasi nanopartikel emas ketika LPS hadir dalam sampel. Ketika AuNPs mengalami agregasi, perubahan spektrum warna dari merah ke biru dapat diamati dengan mudah, bahkan tanpa memerlukan instrumen deteksi yang kompleks. Dengan demikian, teknik ini tidak hanya efektif tetapi juga efisien dari segi biaya, menjadikannya lebih mudah diadopsi oleh industri pangan skala besar maupun kecil.
Selain itu, metode ini juga membuka peluang besar untuk pengembangan lebih lanjut. Salah satu potensi menarik dari uji warna berbasis LBA ini adalah kemampuannya untuk dimodifikasi guna mendeteksi target molekul lain. Dengan menyesuaikan aptamer pengikat yang digunakan, sistem ini dapat disesuaikan untuk mendeteksi berbagai patogen atau zat berbahaya lainnya dalam pangan, seperti pestisida, toksin, atau bahkan virus. Hal ini memberikan fleksibilitas dan skalabilitas yang tinggi untuk pengaplikasiannya di masa depan.
Secara keseluruhan, uji warna berbasis nanopartikel emas ini merupakan terobosan besar dalam deteksi kontaminan pangan, khususnya LPS. Dari perspektif teknologi pangan, teknik ini menawarkan solusi yang cepat, efisien, dan praktis, yang dapat secara signifikan meningkatkan standar keamanan pangan. Selain itu, potensinya untuk dimodifikasi dan dikembangkan lebih lanjut menjadikannya alat yang sangat berguna bagi industri pangan modern.