Purwokerto, 2 Januari 2023 — Dalam upaya meningkatkan kualitas dan keberlanjutan energi dalam industri pangan, Ropiudin, S.TP., M.Si., seorang dosen di bidang Teknik Sistem Termal dan Energi Terbarukan dari Universitas Jenderal Soedirman, serta anggota Persatuan Insinyur Indonesia (PII) dan Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI), mengemukakan pentingnya purifikasi biogas sebagai solusi energi bersih yang efektif. Dalam sebuah wawancara eksklusif, Ropiudin menjelaskan bagaimana proses purifikasi ini dapat mengoptimalkan penggunaan biogas sebagai sumber energi dalam industri pangan yang semakin berfokus pada keberlanjutan.
“Biogas merupakan salah satu energi terbarukan yang sangat potensial, terutama dalam memenuhi kebutuhan energi di industri pangan yang membutuhkan energi bersih dan stabil,” ungkap Ropiudin. “Namun, biogas mentah yang dihasilkan dari proses anaerobik limbah organik cair mengandung berbagai gas pencemar seperti hidrogen sulfida (H2S) dan karbon dioksida (CO2) yang harus diolah lebih lanjut sebelum dapat digunakan secara efektif.”
Ropiudin menyoroti pentingnya pengolahan biogas agar dapat menghasilkan bahan bakar yang berkualitas tinggi dan ramah lingkungan. “Gas H2S, meskipun dalam jumlah kecil, sangat korosif dan bisa merusak peralatan jika tidak dihilangkan. Selain itu, gas CO2 dalam biogas dapat mengurangi nilai kalor dan jika tidak ditangani dengan baik, pembakarannya dapat menghasilkan emisi berbahaya seperti gas rumah kaca dan hujan asam,” jelasnya.
Dalam diskusi tersebut, Ropiudin juga memaparkan metode yang digunakan dalam purifikasi biogas, yaitu pencelupan biogas ke dalam air untuk menghilangkan H2S dan CO2, serta penggunaan silica gel untuk menyaring kelembapan. “Pendekatan ini sederhana namun efektif. Dengan metode ini, kandungan H2S bisa ditekan hingga di bawah 100-200 ppm, dan CO2 di bawah 50%, sesuai standar yang diizinkan. Selain itu, pengurangan kandungan uap air di bawah 0,02% (200 ppm) juga akan meningkatkan nilai kalor dari biogas yang dihasilkan,” tambahnya.
Dalam konteks industri pangan, Ropiudin menekankan bahwa penggunaan biogas yang sudah dimurnikan akan sangat menguntungkan. “Biogas yang berkualitas tinggi dapat digunakan sebagai sumber energi yang efisien untuk berbagai proses produksi seperti pengeringan, pemanasan, dan pengolahan makanan. Ini tidak hanya mengurangi biaya operasional karena lebih efisien dalam pembakaran, tetapi juga mendukung keberlanjutan lingkungan, yang menjadi nilai tambah bagi produk akhir,” paparnya.
Sebagai penutup, Ropiudin menggarisbawahi pentingnya dukungan terhadap pengembangan dan penerapan teknologi purifikasi biogas untuk memastikan energi yang digunakan dalam industri pangan berkualitas tinggi dan ramah lingkungan. “Teknologi ini relevan tidak hanya bagi industri pengolahan pangan, tetapi juga dapat diadopsi secara luas oleh industri lain yang membutuhkan sumber energi terbarukan dan bersih. Ini adalah langkah penting dalam upaya kita menuju produksi pangan yang lebih berkelanjutan dan bertanggung jawab terhadap lingkungan,” tutup Ropiudin dalam wawancara tersebut.