Oleh: Kavadya Syska, S.P., M.Si. (Dosen Bidang Teknologi Pangan – Food Technologist, Universitas Nahdlatul Ulama Al Ghazali Cilacap / UNUGHA Cilacap)
Sintesis hijau nanopartikel besi adalah bidang penelitian yang semakin menarik perhatian para ilmuwan, terutama karena pendekatan ini menawarkan metode yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan dibandingkan dengan metode sintesis konvensional. Sebagai seorang dosen dalam bidang Teknologi Pangan, saya melihat adanya peluang besar dalam penerapan teknologi ini, tidak hanya dalam bioteknologi tetapi juga dalam berbagai aspek lain, termasuk di industri pangan dan lingkungan.
Nanopartikel besi yang disintesis melalui metode hijau ini menggunakan bahan-bahan biologis seperti mikroorganisme dan ekstrak tumbuhan. Pendekatan ini tidak hanya mengurangi penggunaan bahan kimia berbahaya yang biasanya digunakan dalam sintesis nanopartikel, tetapi juga memanfaatkan senyawa metabolit dan biomolekul alami yang terdapat dalam sumber biologis tersebut. Hal ini menjadikan nanopartikel besi yang dihasilkan lebih unggul dalam hal sifat fisik dan biokimia dibandingkan dengan nanopartikel yang disintesis melalui metode fisik atau kimia.
Dalam industri pangan, salah satu aplikasi potensial dari nanopartikel besi adalah dalam penghantaran obat dan nutrien. Nanopartikel ini memiliki sifat magnetik dan superparamagnetik, yang memungkinkannya untuk diarahkan secara spesifik ke target tertentu dalam tubuh, meningkatkan efisiensi penghantaran obat atau suplemen gizi. Selain itu, karena sifatnya yang tidak beracun dan mudah terdispersi, nanopartikel besi dapat digunakan untuk memperkaya produk pangan dengan mikronutrien seperti zat besi, yang sangat penting untuk mencegah anemia dan masalah kesehatan lainnya.
Nanopartikel besi juga menunjukkan potensi besar dalam aplikasi bioteknologi lainnya, seperti pemurnian enzim dan protein, serta dalam bioremediasi. Dalam konteks lingkungan, nanopartikel besi dapat digunakan untuk mengatasi polusi organik dan anorganik, memberikan solusi yang efisien untuk masalah pencemaran lingkungan. Di industri pangan, ini dapat diterapkan dalam proses pemurnian enzim atau protein yang digunakan dalam produksi makanan, sehingga meningkatkan efisiensi dan kualitas produk akhir.
Tidak kalah pentingnya, sifat antimikroba dan antikanker dari nanopartikel besi juga memberikan nilai tambah yang signifikan. Dalam industri pangan, aplikasi antimikroba dari nanopartikel besi dapat digunakan untuk memperpanjang umur simpan produk, mengurangi penggunaan pengawet kimia, dan meningkatkan keamanan pangan. Di bidang kesehatan, terutama yang terkait dengan teknologi pangan fungsional, nanopartikel besi dapat dikembangkan sebagai agen antikanker yang efektif, memberikan manfaat ganda baik dalam pencegahan maupun pengobatan.
Secara keseluruhan, sintesis hijau nanopartikel besi menawarkan banyak peluang inovatif untuk diaplikasikan dalam industri pangan dan lingkungan. Dengan terus berkembangnya penelitian di bidang ini, diharapkan kita dapat melihat lebih banyak aplikasi praktis yang membawa manfaat besar bagi kesehatan masyarakat dan keberlanjutan lingkungan. Sebagai akademisi di bidang Teknologi Pangan, saya optimis bahwa nanopartikel besi hasil sintesis hijau akan menjadi bagian integral dari inovasi masa depan yang mendukung kesehatan dan kesejahteraan global.