Oleh: Kavadya Syska, S.P., M.Si. (Dosen Bidang Teknologi Pangan – Food Technologist, Universitas Nahdlatul Ulama Al Ghazali Cilacap / UNUGHA Cilacap)
Pengembangan polihidroksialkanoat (PHA) sebagai biomaterial ramah lingkungan telah menjadi perhatian utama dalam upaya untuk menciptakan solusi berkelanjutan di berbagai industri, termasuk industri pangan. Meskipun PHA memiliki potensi besar sebagai bahan biodegradable, tantangan utama yang dihadapi dalam produksinya adalah tingginya biaya yang terkait dengan bahan baku dan kebutuhan akan proses sterilisasi yang memerlukan banyak energi. Hal ini menjadi kendala dalam mengadopsi PHA secara luas, terutama dalam skala industri yang besar.
Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa penggunaan aliran limbah sebagai sumber bahan baku untuk produksi PHA dapat menjadi solusi yang efektif dalam menurunkan biaya dan meningkatkan efisiensi proses. Dengan memanfaatkan aliran limbah, kita tidak hanya dapat mengurangi limbah itu sendiri, tetapi juga mendukung pertumbuhan ekonomi sirkular—sebuah konsep yang sangat relevan dalam era yang semakin peduli terhadap keberlanjutan.
Pendekatan fungsionalisasi PHA yang berasal dari berbagai aliran limbah ini menunjukkan potensi besar untuk meningkatkan sifat-sifat material yang dihasilkan. Teknik kimia seperti epoksidasi, oksidasi, dan esterifikasi telah terbukti efektif dalam memperbaiki karakteristik PHA, sementara metode enzimatik dan mikroba juga menawarkan prospek yang menjanjikan. Peningkatan kekuatan tarik, penurunan laju transmisi uap air dan oksigen, serta peningkatan kristalinitas dan penurunan hidrofobisitas pada campuran PHB/asam polilaktat dengan serat selulosa, menunjukkan bahwa kombinasi bahan dan metode ini dapat menghasilkan material yang tidak hanya lebih fungsional tetapi juga lebih tahan lama.
Dari perspektif Teknologi Pangan, perkembangan ini memiliki implikasi besar. Kemasan pangan berbasis PHA yang lebih kuat dan lebih tahan terhadap kelembaban dapat memberikan perlindungan yang lebih baik bagi produk pangan, memperpanjang umur simpan, dan pada akhirnya mengurangi limbah pangan. Selain itu, penggunaan bahan-bahan seperti natrium alginat teresterifikasi dalam campuran PHA membuka peluang untuk menciptakan film kemasan yang tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga memiliki sifat-sifat yang disesuaikan dengan kebutuhan spesifik industri pangan.
Dengan demikian, integrasi teknologi fungsionalisasi PHA dalam produksi material pangan dapat menjadi game-changer dalam upaya untuk mengurangi ketergantungan pada plastik konvensional dan menciptakan sistem yang lebih berkelanjutan. Tantangan ke depan adalah bagaimana memanfaatkan teknologi ini secara komersial dengan efisiensi yang lebih tinggi dan biaya yang lebih rendah. Ini memerlukan kolaborasi lintas disiplin ilmu, termasuk bioteknologi, ilmu material, dan teknologi pangan, untuk menciptakan solusi yang holistik dan berkelanjutan.
Secara keseluruhan, fungsionalisasi PHA dari aliran limbah tidak hanya menjanjikan untuk mengatasi tantangan biaya dan efisiensi dalam produksi PHA, tetapi juga berpotensi membuka jalan bagi inovasi-inovasi baru dalam bidang kemasan pangan dan material biopolimer lainnya. Dengan terus mengembangkan dan mengadopsi metode-metode ini, kita dapat melihat transformasi signifikan dalam industri pangan yang lebih hijau dan berkelanjutan di masa depan.