Optimasi Biosolar B35: Pengaruh Bio-Additive Minyak Atsiri terhadap Kualitas Campuran, Kandungan Air, dan Partikulat

Oleh: Ropiudin, S.TP., M.Si. (Dosen Bidang Teknik Sistem Termal dan Energi Terbarukan, Universitas Jenderal Soedirman)

Penggunaan bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan semakin menjadi perhatian global dalam rangka mengurangi dampak negatif dari bahan bakar fosil. Dalam konteks ini, penelitian mengenai pengaruh penambahan bio-additive berbasis minyak atsiri pada biosolar B35 merupakan langkah signifikan menuju pengembangan bahan bakar berkelanjutan. Biosolar B35, yang terdiri dari campuran 35% biodiesel atau Fatty Acid Methyl Ester (FAME) berbasis minyak sawit mentah (CPO) dengan 65% bahan bakar minyak (BBM) jenis solar, menawarkan potensi besar dalam mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Namun, tantangan utama dalam penerapan biosolar adalah homogenitas campuran serta pengendalian kadar air dan partikulat yang mempengaruhi kualitas dan kinerja bahan bakar.

Penelitian ini berfokus pada pengembangan metode penambahan bio-additive berbasis minyak atsiri seperti rhodinol, terpentin, terpen cengkeh, dan minyak kamper ke dalam biosolar B35. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan homogenitas campuran serta menurunkan kadar air dan partikulat, yang merupakan indikator penting dalam menilai kualitas bio-additive. Penelitian ini menggunakan metode titrasi Karl Fischer untuk mengukur kadar air dan metode gravimetrik untuk menganalisis partikulat.

Tiga teknik penambahan bio-additive diuji dalam penelitian ini: difusi alami, difusi yang diinduksi aliran, dan pencampuran. Data yang diperoleh dianalisis untuk menentukan kondisi pencampuran optimal yang menghasilkan kadar air dan partikulat terendah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode pencampuran memberikan penurunan kadar air terbaik, yang merupakan hasil penting dalam meningkatkan kualitas bahan bakar alternatif. Selain itu, analisis partikulat menunjukkan bahwa teknik difusi yang diinduksi aliran menghasilkan jumlah partikulat terkecil pada ukuran 4 mikron, sedangkan pencampuran menghasilkan jumlah partikulat terkecil pada ukuran 6 mikron dan 14 mikron. Temuan ini menegaskan pentingnya memilih metode penambahan bio-additive yang tepat untuk mengoptimalkan kualitas biosolar B35.

Dari sudut pandang energi terbarukan, penelitian ini memberikan kontribusi penting dalam pengembangan bahan bakar alternatif yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Penurunan kadar air dan partikulat dalam biosolar B35 tidak hanya meningkatkan kinerja bahan bakar tetapi juga memperpanjang umur mesin dan mengurangi emisi berbahaya. Penggunaan minyak atsiri sebagai bio-additive juga menunjukkan potensi besar dalam memanfaatkan sumber daya alam terbarukan, yang selanjutnya mendukung agenda keberlanjutan global.

Secara keseluruhan, penelitian ini menyoroti pentingnya pengembangan bio-additive yang efisien dan kompatibel dengan bahan bakar alternatif. Dengan terus mengeksplorasi dan mengoptimalkan teknik penambahan bio-additive, kita dapat mendorong penggunaan bahan bakar yang lebih bersih dan berkelanjutan di masa depan. Penelitian lanjutan yang berfokus pada skala produksi dan dampak lingkungan jangka panjang dari penggunaan bio-additive berbasis minyak atsiri juga sangat disarankan untuk memberikan pemahaman yang lebih komprehensif mengenai potensi dan tantangan yang dihadapi dalam penerapan teknologi ini.

Written by 

Teknologia managed by CV Teknologia (Teknologia Group) is a publisher of books and scientific journals with both national and international reach.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *