Oleh: Kavadya Syska, S.P., M.Si. (Dosen Bidang Teknologi Pangan – Food Technologist, Universitas Nahdlatul Ulama Al Ghazali Cilacap / UNUGHA Cilacap)
Sampah makanan atau food waste (FW) telah menjadi salah satu masalah global yang paling mendesak dalam beberapa dekade terakhir. Dalam konteks ini, pentingnya pengelolaan dan pemanfaatan limbah makanan tidak hanya untuk mengurangi dampak lingkungan tetapi juga untuk mendukung keberlanjutan sumber daya pangan di masa depan. Meski sampah makanan sering dianggap sebagai limbah tak berharga, ternyata terdapat potensi besar untuk mengubahnya menjadi produk bernilai tinggi melalui berbagai proses valorisasi. Ilmu valorisasi limbah makanan adalah bidang yang berkembang, berfokus pada konversi sampah menjadi sumber daya yang bermanfaat, mencerminkan pergeseran dari paradigma “buang” menuju “gunakan kembali.”
Limbah makanan dapat dihasilkan dari berbagai tingkatan, mulai dari skala rumah tangga hingga skala industri. Bahkan dengan kebijakan nol limbah, sebagian besar sampah makanan tetap dihasilkan selama proses pemrosesan, pemasakan, dan transportasi bahan pangan. Salah satu aspek menarik dari penelitian sebelumnya adalah penemuan bahwa sampah makanan merupakan sumber potensial dari molekul bioaktif dan bioenergi yang sangat bernilai. Molekul bioaktif ini dapat digunakan dalam berbagai aplikasi, mulai dari industri farmasi hingga produksi energi terbarukan, menambah nilai ekonomis dari sampah yang sebelumnya dianggap tidak berguna.
Meskipun potensi ini sudah diketahui, sayangnya, penerapan teknologi valorisasi limbah makanan saat ini masih terbatas pada negara-negara maju. Di negara-negara berkembang, penelitian mengenai pengelolaan sampah makanan melalui teknologi canggih dan kontemporer masih minim. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk keterbatasan sumber daya, kurangnya kesadaran, dan infrastruktur yang belum memadai. Sebagai akibatnya, banyak limbah makanan yang masih belum dimanfaatkan secara optimal, sehingga menimbulkan tantangan besar dalam pengelolaannya secara global.
Tinjauan ini menawarkan perspektif yang komprehensif mengenai berbagai opsi dan teknologi canggih yang dapat digunakan untuk mengelola dan memanfaatkan limbah makanan secara berkelanjutan. Salah satu pendekatan yang belum banyak dieksplorasi adalah strategi biorefineri terpadu, yang menawarkan solusi holistik untuk pengelolaan limbah pangan. Dengan pendekatan ini, berbagai jenis sampah makanan dapat diolah menjadi produk bernilai tinggi melalui serangkaian proses bioteknologi, yang tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga menguntungkan secara ekonomi.
Dalam konteks tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) yang dicanangkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), valorisasi limbah makanan menjadi semakin relevan. Dengan pertumbuhan populasi dunia yang pesat, kebutuhan akan sumber daya pangan yang berkelanjutan semakin mendesak. Oleh karena itu, memanfaatkan limbah makanan melalui proses valorisasi yang berkelanjutan bukan hanya solusi yang efisien tetapi juga merupakan langkah penting menuju ketahanan pangan global.
Secara keseluruhan, tinjauan ini menekankan pentingnya adopsi teknologi berkelanjutan dalam upaya mengubah limbah menjadi kekayaan. Pendekatan seperti valorisasi dan biorefineri terpadu menawarkan jalan yang menjanjikan untuk mendaur ulang sampah pangan global secara efektif. Namun, masih banyak tantangan yang perlu diatasi, terutama terkait dengan penerapan teknologi ini di negara-negara berkembang. Dengan penelitian yang lebih mendalam dan kolaborasi global, masa depan pengelolaan limbah makanan dapat beralih dari masalah menjadi peluang, mendukung ekonomi sirkular dan keberlanjutan sumber daya alam.