Oleh: Kavadya Syska, S.P., M.Si. (Dosen Bidang Teknologi Pangan – Food Technologist, Universitas Nahdlatul Ulama Al Ghazali Cilacap / UNUGHA Cilacap)
Kemajuan teknologi dalam bidang pencitraan, elektronika, dan ilmu komputer telah membawa perubahan signifikan dalam industri agro-pangan, khususnya dalam pengujian nondestruktif dan pemantauan kualitas produk. Salah satu inovasi yang paling menonjol adalah integrasi teknik pencitraan termal inframerah (TI) dengan kecerdasan buatan (AI). Kombinasi ini menawarkan solusi yang lebih efisien dan akurat untuk berbagai tantangan yang dihadapi dalam penanganan buah pasca panen.
Pencitraan termal inframerah (TI) berbasis AI adalah metode nonkontak yang mampu mendeteksi berbagai atribut kualitas buah dengan presisi tinggi. Teknologi ini telah diaplikasikan secara luas dalam berbagai aspek industri pangan, mulai dari pertanian hingga pengolahan dan penanganan pasca panen. Dalam konteks penanganan buah, teknologi ini dapat digunakan untuk memantau kualitas buah tanpa merusak, yang sangat penting untuk menjaga mutu produk selama distribusi dan penjualan.
Penggunaan pencitraan termal berbasis AI dalam penanganan buah pasca panen sangat luas. Salah satu aplikasi utamanya adalah deteksi memar pada buah. Memar yang tidak terdeteksi dapat menurunkan kualitas dan nilai jual produk. Dengan menggunakan teknik termografi pasif dan aktif, AI mampu mengidentifikasi memar dengan cepat dan akurat. Selain itu, teknologi ini juga digunakan untuk identifikasi tingkat kematangan buah, yang merupakan faktor krusial dalam menentukan waktu panen yang tepat dan mengoptimalkan penyimpanan serta distribusi.
AI dan pencitraan termal juga efektif dalam pemantauan kondisi buah selama penyimpanan dan transportasi. Deteksi dini terhadap hama dan penyakit melalui perubahan suhu pada permukaan buah memungkinkan tindakan pencegahan dilakukan lebih cepat, sehingga mengurangi risiko kerugian. Di sisi lain, sistem ini juga membantu dalam proses penyortiran dan pemilihan buah berdasarkan kualitas, yang berkontribusi pada efisiensi rantai pasok.
Meskipun menawarkan banyak manfaat, penerapan pencitraan termal berbasis AI dalam penanganan buah pasca panen tidak terlepas dari tantangan. Salah satu kendala utama adalah biaya implementasi teknologi yang masih relatif tinggi, terutama bagi industri kecil dan menengah. Selain itu, teknologi ini memerlukan kalibrasi dan pemeliharaan yang cermat untuk memastikan hasil yang konsisten. Ada juga kebutuhan untuk meningkatkan kemampuan AI dalam menghadapi variasi lingkungan dan kondisi yang berbeda, yang dapat mempengaruhi akurasi hasil pencitraan.
Melihat potensi besar yang ditawarkan, tren masa depan pencitraan termal berbasis AI diprediksi akan semakin mengarah pada peningkatan otomatisasi dan integrasi dengan teknologi lain seperti robotika dan Internet of Things (IoT). Ini akan memungkinkan proses penanganan buah pasca panen yang lebih efisien dan terintegrasi, meningkatkan kualitas dan daya saing produk di pasar global.
Secara keseluruhan, integrasi pencitraan termal dan kecerdasan buatan merupakan langkah maju yang signifikan dalam industri agro-pangan, khususnya dalam penanganan buah pasca panen. Teknologi ini tidak hanya meningkatkan efisiensi dan akurasi dalam penilaian kualitas, tetapi juga berpotensi mengurangi kerugian dan memperpanjang umur simpan produk, mendukung keberlanjutan industri pangan di masa depan.