Oleh: Kavadya Syska, S.P., M.Si. (Dosen Bidang Teknologi Pangan – Food Technologist, Universitas Nahdlatul Ulama Al Ghazali Cilacap / UNUGHA Cilacap)
Dalam beberapa tahun terakhir, masyarakat global telah menyaksikan perubahan signifikan dalam sistem pangan, terutama dalam tren konsumsi protein. Ada pergeseran yang stabil menuju penggantian protein hewani dengan sumber nabati. Pergeseran ini bukan hanya respons terhadap kekhawatiran lingkungan, tetapi juga upaya untuk mengatasi masalah kekurangan protein di berbagai belahan dunia. Produksi daging dikenal memiliki dampak lingkungan yang besar, mulai dari penggunaan sumber daya yang tinggi hingga efek ekologis yang negatif, seperti deforestasi dan emisi gas rumah kaca. Sementara itu, kekurangan protein di beberapa wilayah menjadi masalah yang mendesak, mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
Tren global ini dipicu oleh kesadaran akan dampak lingkungan dari produksi daging dan kebutuhan untuk menemukan alternatif yang lebih berkelanjutan. Produksi protein nabati dianggap sebagai solusi yang lebih ramah lingkungan. Namun, penerimaan protein nabati dalam makanan manusia masih menghadapi tantangan, salah satunya adalah rendahnya tingkat asimilasi protein nabati dibandingkan dengan protein hewani. Hal ini menyebabkan pemanfaatan protein nabati belum optimal dalam memenuhi kebutuhan gizi manusia.
Berbagai inisiatif internasional telah diambil untuk mendukung transisi ini. Program-program global dan kebijakan pemerintah berfokus pada pengembangan dan promosi sumber protein nabati, termasuk penelitian tentang cara meningkatkan kualitas dan asimilasi protein nabati. Ini mencakup pengembangan teknologi baru dan inovasi dalam produksi pangan nabati yang bertujuan untuk meningkatkan nilai gizi dan palatabilitas produk nabati.
Kemajuan sains dan teknologi telah memberikan kontribusi besar terhadap peningkatan kualitas dan keberagaman protein nabati. Inovasi dalam teknologi pemrosesan pangan, seperti teknik ekstraksi protein yang lebih efisien, fermentasi, dan modifikasi struktur protein, telah meningkatkan kualitas protein nabati. Selain itu, penelitian tentang profil asam amino dan bioavailabilitas protein nabati telah membantu dalam merancang produk yang lebih baik dan lebih bergizi. Penerapan teknologi tersebut berpotensi mengatasi masalah penyediaan pangan nabati berkualitas tinggi.
Meskipun ada kemajuan, beberapa tantangan masih harus diatasi. Rendahnya tingkat asimilasi protein nabati, rasa dan tekstur yang kurang memuaskan dibandingkan dengan produk hewani, serta kesadaran konsumen yang masih terbatas menjadi beberapa kendala utama. Untuk mengatasi tantangan ini, perlu dilakukan lebih banyak penelitian dan pengembangan dalam hal formulasi produk, teknik pemrosesan, serta strategi pemasaran untuk meningkatkan penerimaan konsumen terhadap protein nabati.
Tren global menuju konsumsi protein nabati merupakan langkah penting untuk menciptakan sistem pangan yang lebih berkelanjutan dan mengatasi kekurangan protein di berbagai wilayah. Meskipun tantangan tetap ada, kemajuan dalam sains dan teknologi menawarkan solusi yang menjanjikan untuk meningkatkan kualitas dan keberagaman protein nabati. Melalui inisiatif strategis internasional dan penelitian berkelanjutan, kita dapat mengoptimalkan pemanfaatan protein nabati dan memenuhi kebutuhan pangan global dengan cara yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.