Oleh: Kavadya Syska, S.P., M.Si. (Dosen Bidang Teknologi Pangan – Food Technologist, Universitas Nahdlatul Ulama Al Ghazali Cilacap / UNUGHA Cilacap)
Dalam beberapa tahun terakhir, partikel skala nano telah mendapatkan perhatian signifikan dalam berbagai bidang, termasuk teknologi pangan. Partikel ini menawarkan keunggulan yang tidak dimiliki partikel skala mikro, terutama dalam hal efektivitas mekanisme aksi. Teknologi nanopartikel hijau (green nanoparticles) muncul sebagai alternatif yang lebih ramah lingkungan untuk sintesis nanopartikel, memanfaatkan proses yang lebih berkelanjutan dan kurang merusak lingkungan.
Nanopartikel hijau telah menarik perhatian dalam sains dan teknologi pangan karena potensi luar biasa yang mereka tawarkan. Metode sintesis nanopartikel hijau mengutamakan penggunaan bahan alami dan minim bahan kimia berbahaya, menjadikannya pilihan yang lebih ramah lingkungan dibandingkan metode konvensional. Di antara nanopartikel yang sering digunakan, nanopartikel logam seperti emas, perak, dan tembaga dikenal karena sifat antimikroba dan antioksidannya yang efektif, yang dapat memperpanjang umur simpan makanan dengan menghambat pertumbuhan mikroba dan mengurangi oksidasi. Selain itu, nanopartikel polimer juga menunjukkan potensi besar dalam memodulasi sifat fisik produk pangan, seperti kelarutan molekul dalam air dan persepsi rasa, serta membawa senyawa bioaktif untuk meningkatkan nilai gizi dan fungsi produk.
Kelebihan utama nanopartikel hijau terletak pada keharmonisan lingkungan dan aplikasi berkelanjutannya. Proses sintesis yang ramah lingkungan menghasilkan lebih sedikit limbah dan mengurangi penggunaan bahan kimia berbahaya, mendukung produksi makanan yang lebih berkelanjutan. Dengan kemampuannya menggantikan aditif sintetis dan meningkatkan kualitas produk pangan, nanopartikel hijau menawarkan alternatif yang lebih aman dan inovatif dalam formulasi makanan.
Meskipun nanopartikel hijau menawarkan potensi yang menjanjikan, terdapat beberapa tantangan signifikan yang perlu diatasi untuk penerapannya secara luas dalam industri pangan. Salah satu tantangan utama adalah kurangnya data keamanan, karena studi in vivo yang mengevaluasi dampak kesehatan jangka panjang dari nanopartikel masih terbatas. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memastikan bahwa penggunaan nanopartikel hijau tidak menimbulkan efek samping negatif pada kesehatan manusia dan untuk membangun kepercayaan di kalangan konsumen dan industri.
Selain itu, skalabilitas produksi nanopartikel hijau masih menjadi kendala besar. Proses sintesis yang efisien dan biaya produksi yang terjangkau harus dikembangkan agar nanopartikel dapat diproduksi dalam jumlah besar dan diterapkan secara luas di industri pangan. Di samping itu, regulasi dan standarisasi yang jelas dan universal untuk penggunaan nanopartikel dalam produk pangan belum ada, menciptakan ketidakpastian dan tantangan dalam adopsi teknologi ini di seluruh dunia. Upaya untuk mengatasi ketiga tantangan ini akan menjadi kunci untuk memanfaatkan potensi penuh nanopartikel hijau dalam teknologi pangan.
Nanopartikel hijau menawarkan perspektif baru dalam teknologi pangan dengan potensi besar untuk meningkatkan kualitas dan keamanan produk makanan. Sifat antimikroba, antioksidan, dan kemampuan modifikasi fisik dari nanopartikel ini menunjukkan bahwa mereka bisa menjadi alternatif yang berharga untuk aditif sintetis. Namun, untuk merealisasikan potensi penuh mereka, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai aspek keamanan dan efisiensi produksi.
Dengan kemajuan teknologi dan penelitian yang berkelanjutan, nanopartikel hijau dapat memainkan peran penting dalam merancang produk pangan yang lebih aman, berkelanjutan, dan berkualitas tinggi.