Oleh: Kavadya Syska, S.P., M.Si. (Dosen Bidang Teknologi Pangan – Food Technologist, Universitas Nahdlatul Ulama Al Ghazali Cilacap / UNUGHA Cilacap)
Minyak atsiri (EO) telah lama dikenal dalam berbagai aplikasi industri, mulai dari makanan, kosmetik, hingga farmasi dan pakan ternak. Permintaan akan produk alami, yang lebih aman dan sehat, telah mendorong penggunaan EO sebagai alternatif bahan tambahan sintetis. EO tidak hanya menawarkan manfaat sebagai pengawet dan perasa alami tetapi juga dikenal karena aktivitas antioksidan dan antimikrobanya. Tinjauan ini mengupas secara mendalam tentang teknik ekstraksi konvensional dan ‘hijau’ untuk memperoleh EO dari tanaman aromatik, serta mekanisme dasar yang mendasarinya.
Teknik ekstraksi tradisional seperti distilasi uap dan ekstraksi pelarut sering digunakan untuk memperoleh EO, namun teknik ‘hijau’ seperti ekstraksi dengan pelarut eutektik dalam (DES) atau ekstraksi dengan karbon dioksida superkritis (SC-CO2) semakin populer karena sifatnya yang lebih ramah lingkungan. Tinjauan ini juga memberikan wawasan tentang konstitusi kimia EO, menekankan pentingnya kemotipe dan bagaimana komposisi kimia mempengaruhi bioaktivitas EO. Meskipun EO banyak digunakan sebagai perasa dalam industri makanan, mereka seringkali menghadapi tantangan seperti kelarutan yang buruk dalam air, volatilitas tinggi, dan kerentanan terhadap oksidasi. Untuk mengatasi masalah ini, teknik enkapsulasi seperti penggunaan matriks polisakarida, lipid, atau nanopartikel telah dikembangkan untuk mempertahankan aktivitas biologis EO dan mengurangi dampak negatif pada kualitas sensori makanan.
Namun, penting untuk dicatat bahwa meskipun EO dianggap aman dan alami, ini tidak selalu berarti tanpa risiko. Potensi toksisitas EO dan persepsi konsumen yang sering kali menyederhanakan istilah ‘alami’ sebagai indikator keamanan harus dipertimbangkan secara serius. Oleh karena itu, pemahaman yang lebih mendalam dan penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memastikan penggunaan EO yang aman dan efektif dalam industri pangan.