Memanfaatkan Limbah Agro-Pangan: Solusi Antibiofilm Alami untuk Menghadapi Resistensi Antimikroba

Oleh: Kavadya Syska, S.P., M.Si. (Dosen Bidang Teknologi Pangan – Food Technologist, Universitas Nahdlatul Ulama Al Ghazali Cilacap / UNUGHA Cilacap)

Dalam beberapa dekade terakhir, tantangan yang dihadapi oleh dunia medis terkait infeksi yang berhubungan dengan biofilm telah menjadi perhatian serius. Biofilm, sebagai komunitas sel bakteri yang terikat erat oleh matriks ekstraseluler, menawarkan perlindungan yang luar biasa bagi bakteri dari serangan sistem imun tubuh dan terapi antibiotik. Masalah ini semakin diperparah dengan penyalahgunaan antibiotik yang mendorong munculnya resistensi antimikroba, menjadikan infeksi yang berkaitan dengan biofilm semakin sulit diatasi dan meningkatkan risiko bagi kesehatan manusia.

Salah satu pendekatan yang tengah mendapatkan sorotan adalah penggunaan produk alami, seperti agen antibiofilm yang berasal dari tumbuhan, yang dianggap dapat memberikan efisiensi terapeutik lebih tinggi dengan efek samping yang lebih rendah dibandingkan antimikroba konvensional. Di sinilah peran penting agro-food waste—limbah hasil pertanian dan industri pangan—menjadi menarik. Limbah ini, yang sebelumnya hanya dianggap sebagai sisa tak berguna, ternyata mengandung fitokonstituen antimikroba yang mampu memodulasi berbagai mekanisme pembentukan dan perkembangan biofilm.

Seiring dengan semakin meningkatnya akumulasi limbah pangan yang membawa dampak negatif baik dari sisi ekonomi maupun lingkungan, muncul dorongan untuk melakukan valorisasi dan daur ulang limbah tersebut. Upaya ini tidak hanya mengurangi dampak lingkungan, tetapi juga membuka peluang untuk menemukan agen antibiofilm baru yang lebih berkelanjutan dan efektif. Dalam tinjauan ini, kajian yang dilakukan dari tahun 2017 hingga 2023 menunjukkan bahwa agro-food waste memiliki potensi besar sebagai sumber agen antibiofilm yang inovatif dan menjanjikan.

Dengan memanfaatkan basis data seperti Egyptian Knowledge Bank, Scopus, Web of Science, PubMed, Google Scholar, dan lain-lain, berbagai penelitian terbaru yang membahas potensi limbah pangan sebagai agen antibiofilm telah disaring. Beberapa kata kunci utama yang digunakan dalam pencarian meliputi “inhibisi biofilm,” “agro-food waste,” “asal alami,” “keberlanjutan lingkungan,” “mekanisme quorum sensing,” dan “produk sampingan industri.”

Dari berbagai studi tersebut, terlihat bahwa limbah pangan bukan sekadar sampah, melainkan sumber berharga dari berbagai senyawa bioaktif yang dapat menjadi kandidat antibiofilm baru yang menjanjikan. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengeksplorasi potensi ini, termasuk bagaimana cara terbaik untuk mengekstraksi dan mengaplikasikan senyawa-senyawa ini dalam skala industri. Dalam konteks keberlanjutan, pendekatan ini tidak hanya memberikan solusi untuk masalah resistensi antimikroba, tetapi juga menawarkan jalan keluar dari masalah lingkungan yang disebabkan oleh akumulasi limbah pangan.

Dengan demikian, integrasi antara teknologi pangan dan ilmu kesehatan dapat menghasilkan inovasi yang signifikan, memberikan manfaat tidak hanya bagi industri pangan dan pertanian tetapi juga bagi sektor kesehatan secara keseluruhan. Ini adalah salah satu contoh bagaimana pendekatan multidisipliner dan berkelanjutan dapat membawa dampak positif yang luas dan mendalam bagi kehidupan manusia.

Written by 

Teknologia managed by CV Teknologia (Teknologia Group) is a publisher of books and scientific journals with both national and international reach.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *