Oleh: Kavadya Syska, S.P., M.Si. (Dosen Bidang Teknologi Pangan – Food Technologist, Universitas Nahdlatul Ulama Al Ghazali Cilacap / UNUGHA Cilacap)
Nanoteknologi telah menjadi salah satu bidang yang paling inovatif dan berpengaruh dalam beberapa dekade terakhir, dengan dampak yang signifikan di berbagai sektor, termasuk sektor pangan. Keunggulan nanoteknologi dalam menciptakan solusi yang lebih efisien dan efektif telah membuka pintu bagi berbagai aplikasi baru, terutama dalam pengembangan makanan pintar yang tidak hanya berfokus pada aspek nutrisi tetapi juga pada peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, dan pengiriman zat bioaktif yang ditargetkan.
Di sektor pangan, nanoteknologi memberikan peluang untuk menciptakan sistem pengiriman yang ditargetkan melalui nanoenkapsulasi, yang mampu meningkatkan stabilitas, kelarutan, efektivitas, dan bioavailabilitas dari komponen bioaktif. Misalnya, makanan pintar dapat diperkaya dengan nutrisi atau zat bioaktif yang mampu memberikan manfaat kesehatan tambahan dengan cara yang lebih efisien dan spesifik. Nanoenkapsulasi berperan penting dalam melindungi zat-zat ini dari degradasi, baik selama proses pengolahan maupun penyimpanan, serta memastikan bahwa zat tersebut dapat mencapai target dalam tubuh dengan cara yang lebih terkendali dan tepat sasaran.
Namun, di balik potensi besar ini, terdapat sejumlah tantangan yang harus diatasi dalam aplikasi nanoteknologi di sektor pangan. Salah satu tantangan utamanya adalah proses fabrikasi nanomaterial dan nanostruktur itu sendiri. Menemukan teknik optimal untuk menghasilkan nanostruktur yang sesuai dengan molekul bioaktif yang diinginkan adalah pekerjaan yang kompleks dan sering kali membutuhkan penelitian yang mendalam. Berbagai faktor seperti ukuran partikel, bentuk, dan permukaan nanostruktur harus disesuaikan untuk memastikan bahwa molekul bioaktif tersebut dapat difungsikan dengan cara yang diinginkan.
Selain itu, ada pertanyaan penting terkait pemilihan bentuk nanostruktur yang paling cocok untuk molekul bioaktif tertentu. Setiap molekul bioaktif memiliki karakteristik unik, dan memilih bentuk nanostruktur yang dapat memaksimalkan fungsi dan stabilitasnya bukanlah tugas yang mudah. Oleh karena itu, peneliti dan pengembang harus terus mengeksplorasi dan mengembangkan metode fabrikasi yang dapat diadaptasi untuk berbagai jenis molekul bioaktif.
Selain tantangan teknis, aspek keamanan dan regulasi juga menjadi perhatian utama dalam penerapan nanoteknologi di sektor pangan. Karena produk pangan yang mengandung nanomaterial akan dikonsumsi oleh manusia, maka sangat penting untuk memastikan bahwa nanomaterial tersebut aman dan tidak menimbulkan risiko kesehatan jangka panjang. Oleh karena itu, berbagai regulasi dan standar keamanan perlu diperhatikan dan diterapkan dengan ketat.
Studi-studi yang ada menunjukkan bahwa nanomaterial tertentu dapat berinteraksi dengan sistem biologis secara unik, dan ini bisa berdampak positif maupun negatif. Oleh karena itu, pengujian toksisitas dan bioakumulasi nanomaterial dalam sistem tubuh manusia menjadi aspek yang tidak bisa diabaikan. Regulasi yang ketat dan pengawasan yang berkelanjutan diperlukan untuk memastikan bahwa nanomaterial yang digunakan dalam produk pangan memenuhi standar keselamatan yang diperlukan sebelum dapat diterima secara luas di pasar.
Secara keseluruhan, nanoteknologi menawarkan potensi besar untuk merevolusi sektor pangan, terutama dalam pengembangan makanan pintar dengan sistem pengiriman zat bioaktif yang lebih efektif. Namun, keberhasilan aplikasi nanoteknologi ini sangat tergantung pada kemampuan kita untuk mengatasi tantangan teknis dalam fabrikasi nanomaterial dan nanostruktur, serta pada kepatuhan terhadap standar keamanan dan regulasi yang ketat. Dengan penelitian yang terus berlanjut dan inovasi yang berkesinambungan, nanoteknologi dapat menjadi kunci dalam menciptakan produk pangan masa depan yang lebih sehat, aman, dan fungsional bagi konsumen.