Review Oleh: Ropiudin, S.TP., M.Si. (Dosen Bidang Teknik Sistem Termal dan Energi Terbarukan, Universitas Jenderal Soedirman)
Krisis bahan bakar fosil yang semakin menipis, ditambah dengan peningkatan permintaan energi yang eksponensial, memerlukan perubahan paradigma menuju sistem energi yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan. Bioenergi berbasis mikroalga telah diakui sebagai salah satu sumber energi alternatif yang paling menjanjikan karena fleksibilitasnya yang dapat diubah menjadi berbagai jenis biofuel, seperti biodiesel, bioetanol, bioelektrisitas, serta biogas seperti syngas, metana, hidrogen, dan hythane. Yang lebih menarik, biofuel dari mikroalga memiliki jejak emisi karbon yang lebih rendah dibandingkan dengan bahan bakar fosil, membuatnya semakin relevan dalam era transisi energi global.
Sebagai seorang dosen di bidang Teknik Sistem Termal dan Energi Terbarukan, penting untuk menekankan bahwa agar produksi biofuel mikroalga dapat mencapai kelayakan ekonomi, diperlukan pendekatan biorefinery yang kolektif. Pendekatan ini harus mampu mengatasi keterbatasan operasional dan teknis yang ada, sehingga menghasilkan energi dengan efisiensi tinggi sambil meminimalkan dampak lingkungan. Dalam konteks ekonomi sirkular, pendekatan biorefinery ini tidak hanya fokus pada produksi biofuel, tetapi juga pada pemulihan produk bernilai tambah lainnya, menciptakan sistem yang berkelanjutan dan berkontribusi pada ekonomi multi-produk.
Proses-proses produksi bioenergi dari mikroalga melibatkan berbagai pendekatan termokimia dan biokimia yang kompleks. Pendekatan tersebut memungkinkan pemanfaatan biomassa mikroalga secara maksimal melalui metode yang efisien untuk menghasilkan energi. Lebih jauh lagi, teknologi terkini seperti sistem budidaya hibrida dan prospek ko-kultur telah membuka peluang baru dalam skala produksi industri. Dengan kemajuan teknologi ini, produksi bioenergi mikroalga tidak hanya menjadi lebih efisien tetapi juga lebih layak secara ekonomis.
Selain itu, aspek genetik dan molekuler dalam peningkatan strain mikroalga memainkan peran penting dalam meningkatkan produktivitas bioenergi. Pengembangan strain yang mampu menghasilkan lebih banyak biomassa dengan laju pertumbuhan yang lebih cepat dapat secara signifikan menurunkan biaya produksi dan meningkatkan efisiensi energi. Meskipun demikian, penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk mengatasi hambatan yang muncul dalam proses rekayasa genetika dan optimasi molekuler agar dapat diterapkan secara luas pada skala industri.
Dalam pandangan ekonomi makro, bioenergi berbasis mikroalga juga memiliki dampak sosial-ekonomi dan lingkungan yang signifikan. Penerapan teknologi ini dapat menciptakan lapangan kerja baru di sektor energi terbarukan, mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, dan membantu mengurangi emisi gas rumah kaca secara keseluruhan. Namun, perlu diingat bahwa implementasi teknologi ini masih menghadapi beberapa tantangan, seperti biaya produksi yang relatif tinggi dan kompleksitas dalam operasional skala besar. Untuk mencapai potensi penuhnya, dukungan kebijakan, penelitian, dan investasi di bidang ini sangat diperlukan.
Dengan semua perkembangan teknologi, tantangan, dan potensi yang telah diulas, bioenergi berbasis mikroalga menawarkan solusi yang holistik untuk mengatasi krisis energi global. Pendekatan ini tidak hanya mendukung transisi menuju ekonomi hijau, tetapi juga mengintegrasikan prinsip-prinsip ekonomi sirkular yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya yang lebih efisien dan berkelanjutan. Sebagai peneliti dan pendidik, penting bagi kita untuk terus mendukung inovasi di bidang bioenergi ini, yang tidak hanya akan mengubah industri energi tetapi juga menjaga kelestarian lingkungan untuk generasi mendatang.