Review Oleh: Ropiudin, S.TP., M.Si. (Dosen Bidang Teknik Sistem Termal dan Energi Terbarukan, Universitas Jenderal Soedirman)
Proses penghilangan mikroalga dalam sistem dekontaminasi air seringkali menjadi bagian yang paling bermasalah, terutama karena banyak teknik yang ada cenderung mahal dan tidak ramah lingkungan. Dalam penelitian ini, hubungan sinergis antara fungi filamentous mikroskopis dan kultur alga menjadi fokus utama. Penggunaan biokoagulasi dan ko-pelletisasi mikroalga jenis Chlorella sp. dengan fungi Aspergillus niger telah terbukti menjadi metode yang efisien dalam menghilangkan ion amonium dari sampel air model. Sebagai seorang dosen Teknik Sistem Termal dan Energi Terbarukan, saya melihat penelitian ini menawarkan terobosan penting dalam meningkatkan keberlanjutan produksi bioenergi berbasis alga.
Penelitian ini menemukan bahwa fungi filamentous, dalam hal ini Aspergillus niger, berinteraksi secara elektrostatis dengan sel-sel alga Chlorella sp.. Proses ini menghasilkan aktivitas flokulasi sekitar 70 hingga 80%, di mana sel alga menempel pada permukaan pellet fungi, sehingga memudahkan penghilangan alga dari larutan. Keunggulan fungi dalam menangkap mikroorganisme ini menunjukkan potensi besar dalam isolasi mikroalga secara biologis, khususnya untuk keperluan produksi bioenergi. Dalam hal ini, mikroalga dianggap sebagai sumber minyak dan bahan fermentasi yang menjanjikan untuk menghasilkan biofuel, sehingga teknologi ini dapat memainkan peran kunci dalam membuat proses tersebut lebih ekonomis dan ramah lingkungan.
Pendekatan ini tidak hanya menawarkan metode hemat biaya untuk memanen alga, tetapi juga membuka jalan bagi produksi biofuel dengan cara yang lebih efisien. Mikroalga dikenal sebagai bioabsorben yang tangguh, mampu menyerap lipid dari lingkungan. Lipid yang diserap oleh alga ini kemudian dapat diolah menjadi biodiesel, suatu bahan bakar terbarukan yang semakin diminati di tengah krisis energi dan perubahan iklim global. Metode pengumpulan alga ini sangat penting dalam pengembangan biofuel berbasis alga, terutama karena dapat menurunkan biaya operasional yang selama ini menjadi hambatan utama dalam komersialisasi bioenergi alga.
Selain potensi ekonomi, pendekatan ini juga memiliki dampak ekologis yang signifikan. Teknik pengumpulan alga dengan fungi ini menggunakan sumber daya yang lebih sedikit, mengurangi jejak karbon, dan meminimalisir penggunaan bahan kimia berbahaya. Dengan demikian, teknologi ini memberikan solusi yang lebih hijau dibandingkan dengan metode penghilangan alga konvensional. Ini adalah langkah maju dalam mempromosikan teknologi bioenergi yang tidak hanya efisien dari sisi energi, tetapi juga tidak merusak lingkungan.
Penelitian ini juga memperlihatkan bahwa dengan memanfaatkan fungi filamentous, biaya dan kompleksitas proses pemanenan alga dapat ditekan secara signifikan. Mengintegrasikan fungi dan alga dalam proses dekontaminasi air serta produksi biofuel memperluas potensi pengaplikasian bioteknologi dalam skala industri. Tidak hanya itu, inovasi ini dapat mengoptimalkan penggunaan sumber daya alami dengan memanfaatkan limbah biologis menjadi sumber energi yang bernilai tinggi.
Dalam konteks energi terbarukan, metode ini memperlihatkan terobosan inovatif yang tidak hanya meningkatkan efisiensi produksi biofuel berbasis mikroalga, tetapi juga menawarkan model ekonomi sirkular yang memanfaatkan limbah sebagai bahan baku energi. Sejalan dengan perkembangan teknologi yang semakin maju, pengembangan metode-metode ramah lingkungan seperti ini akan menjadi elemen penting dalam transisi menuju sistem energi yang lebih berkelanjutan.
Secara keseluruhan, penelitian ini membuka peluang baru dalam industri bioenergi yang lebih ramah lingkungan dan hemat biaya. Dengan semakin berkembangnya teknologi dan kebutuhan energi terbarukan, inovasi semacam ini memiliki potensi besar untuk membantu mengatasi tantangan global terkait krisis energi dan perubahan iklim. Sebagai pengajar dan peneliti di bidang ini, saya yakin bahwa penelitian seperti ini akan menjadi fondasi penting dalam menciptakan masa depan energi yang lebih hijau dan berkelanjutan.