Review Oleh: Ropiudin, S.TP., M.Si. (Dosen Bidang Teknik Sistem Termal dan Energi Terbarukan, Universitas Jenderal Soedirman)
Dalam beberapa dekade terakhir, transisi energi menuju sumber energi terbarukan telah menjadi fokus utama di banyak negara, termasuk Jerman. Narasi yang dijabarkan di atas membagi transisi energi ini ke dalam tiga tahapan kunci yang menarik dan sangat relevan dengan tantangan global saat ini. Tahap pertama menekankan pada pentingnya integrasi listrik terbarukan variabel (Variable Renewable Electricity/VRE) ke dalam jaringan listrik yang ada, di mana energi ini dihasilkan dari sumber seperti angin dan matahari yang berfluktuasi. Pada fase awal ini, pembangkit listrik termal berbasis fosil masih diperlukan untuk menjaga stabilitas jaringan. Tahap ini adalah langkah awal yang realistis untuk memulai perjalanan menuju energi bersih.
Tahap kedua memperkenalkan konsep yang lebih mendalam, yaitu pembangkit listrik termal berbasis energi terbarukan yang sangat fleksibel, atau Dispatchable Renewable Electricity (DRE). Di sinilah pentingnya Pembangkit Listrik Penyimpanan Termal (Thermal Storage Power Plants/TSPP) yang mengintegrasikan energi surya dan bioenergi. Ini adalah solusi yang menarik karena TSPP menawarkan cara untuk menyimpan dan menggunakan energi terbarukan secara lebih andal, bahkan saat matahari tidak bersinar atau angin tidak bertiup. Dalam skenario ini, TSPP dapat menjadi tulang punggung dalam mengatasi masalah fluktuasi energi dan memastikan kestabilan jaringan listrik pada tahap kedua ini.
Salah satu kekuatan dari pendekatan ini adalah bahwa sistem TSPP dapat disesuaikan dengan kebutuhan, memungkinkan penggunaan energi terbarukan untuk mengatasi kesenjangan beban residu. Dengan pengembangan teknologi penyimpanan energi yang lebih efisien, ini membuka pintu bagi pengurangan signifikan dalam penggunaan bahan bakar fosil. Seiring kemajuan teknologi dan biaya energi terbarukan yang semakin menurun, fase kedua ini dapat dicapai lebih cepat daripada yang kita perkirakan, terutama di negara-negara dengan komitmen kuat terhadap energi hijau.
Pada tahap ketiga, revolusi energi mencapai puncaknya dengan meluasnya penerapan teknologi Power-to-X, di mana energi terbarukan digunakan tidak hanya untuk kebutuhan listrik, tetapi juga untuk sektor-sektor lain seperti transportasi, pemanas, dan industri. Ini adalah visi jangka panjang di mana energi terbarukan benar-benar mendominasi. Teknologi Power-to-X menawarkan potensi untuk mengonversi energi listrik menjadi bentuk energi lain seperti bahan bakar hidrogen atau amonia, yang dapat digunakan untuk aplikasi yang sebelumnya sangat bergantung pada bahan bakar fosil.
Secara keseluruhan, narasi ini memberikan pandangan yang jelas dan terstruktur tentang bagaimana kita dapat melakukan transisi energi yang mulus dari bahan bakar fosil menuju masa depan yang lebih bersih dan berkelanjutan. Dalam konteks Indonesia, meskipun tantangan dan konteks geografis serta ekonomi berbeda dengan Jerman, pembelajaran dari model ini dapat diadopsi. Pemanfaatan bioenergi lokal dan energi surya berpotensi besar untuk menggantikan peran bahan bakar fosil dalam jangka panjang.
Sebagai akademisi dalam bidang Sistem Termal dan Energi Terbarukan, pendekatan tiga fase ini sangat relevan untuk penelitian lebih lanjut. Meskipun teknologi TSPP dan Power-to-X masih dalam tahap pengembangan, potensi inovasi dan penerapan lokal di Indonesia sangat besar. Inisiatif seperti ini tidak hanya menawarkan solusi teknis, tetapi juga peluang ekonomi baru yang dapat mendukung transisi menuju energi yang lebih bersih dan berkelanjutan di seluruh dunia.