Review Oleh: Ropiudin, S.TP., M.Si. (Dosen Bidang Teknik Sistem Termal dan Energi Terbarukan, Universitas Jenderal Soedirman)
Dalam era modern ini, kebutuhan akan solusi energi terbarukan dan pengelolaan sumber daya yang berkelanjutan menjadi semakin mendesak. Salah satu pendekatan inovatif yang sedang diperhatikan adalah pemanfaatan blackwater (BW), limbah air hitam yang kaya akan materi organik dan nutrisi, sebagai sumber bioenergi. Sebagai dosen yang berfokus pada Teknik Sistem Termal dan Energi Terbarukan, saya melihat narasi ini tidak hanya sebagai peluang besar untuk memanfaatkan sumber daya yang terabaikan, tetapi juga sebagai langkah maju menuju pembangunan ekonomi yang ramah lingkungan dan efisien.
BW, terutama yang dikumpulkan dengan sistem vakum (VCBW), menawarkan potensi besar sebagai sumber energi terbarukan. Keberadaan kandungan organik yang tinggi dalam BW menjadikannya bahan dasar yang ideal untuk diproses menjadi energi melalui teknologi seperti anaerobic digestion (AD). Dalam proses AD, materi organik dipecah oleh mikroorganisme dalam kondisi anaerob untuk menghasilkan biogas, yang dapat digunakan sebagai sumber energi terbarukan. Hal ini relevan dalam konteks penghematan energi dan pengurangan emisi gas rumah kaca, sehingga memperkuat argumen bahwa BW dapat menjadi salah satu komponen penting dalam ekonomi sirkular yang berkelanjutan.
Integrasi torrefaction dengan proses AD menawarkan sinergi yang menarik. Torrefaction, sebuah proses termal yang digunakan untuk meningkatkan kualitas biomassa dengan memanaskannya pada suhu sedang dalam kondisi anaerob, dapat meningkatkan nilai kalor biomassa, sehingga meningkatkan efisiensi energi dari proses AD. Kombinasi antara biomassa torrefaksi dan BW yang dikumpulkan secara vakum memberikan peluang untuk menghasilkan material berenergi tinggi dengan dampak lingkungan yang minim. Selain itu, energi panas yang dihasilkan dari torrefaction dapat digunakan kembali dalam proses AD, menciptakan sistem yang lebih efisien secara energi.
Dari sudut pandang ekonomi, kajian menunjukkan bahwa integrasi torrefaction dengan AD dapat mengurangi harga jual minimum biomassa torrefaksi. Jika proses torrefaction berdiri sendiri membutuhkan harga jual 199 EUR per ton untuk mencapai titik impas, integrasi dengan AD dapat menurunkan biaya tersebut menjadi 185 EUR per ton. Ini menunjukkan bahwa teknologi ini tidak hanya layak secara teknis tetapi juga menawarkan keuntungan ekonomi yang signifikan bagi para pelaku industri.
Manfaat lain dari proses ini adalah kemampuan untuk memanfaatkan digestate, hasil sampingan dari proses AD, sebagai bahan kondisioner tanah. Digestate ini kaya akan nutrisi dan dapat digunakan untuk meningkatkan kesuburan tanah, sehingga memberikan manfaat tambahan dalam sistem pertanian berkelanjutan. Ini menunjukkan potensi BW dan biomassa sebagai bagian dari solusi multi-sektor untuk permasalahan energi dan lingkungan.
Namun, penting untuk diingat bahwa meskipun teknologi ini menawarkan potensi besar, diperlukan analisis teknis dan ekonomi yang lebih mendalam untuk memastikan penerapannya secara luas. Penelitian lebih lanjut tentang efisiensi di berbagai kondisi operasi, seperti suhu mesofilik dan termofilik, serta dampak lingkungan dari penerapan teknologi ini dalam skala besar, menjadi hal yang krusial. Hanya dengan pendekatan komprehensif, kita dapat benar-benar memanfaatkan potensi BW dan biomassa untuk keuntungan ekonomi, energi, dan lingkungan.
Sebagai kesimpulan, narasi ini menawarkan pandangan optimis terhadap masa depan energi terbarukan dan pengelolaan limbah yang lebih baik. Dengan integrasi teknologi yang cerdas dan efisien, kita dapat menciptakan sistem yang tidak hanya mengurangi dampak lingkungan tetapi juga menghasilkan keuntungan ekonomi yang signifikan, mendukung pembangunan berkelanjutan yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat global.