Review Oleh: Ropiudin, S.TP., M.Si. (Dosen Bidang Teknik Sistem Termal dan Energi Terbarukan, Universitas Jenderal Soedirman)
Dalam beberapa dekade terakhir, energi terbarukan telah menjadi prioritas utama bagi banyak negara di seluruh dunia. Dampak positif dari energi terbarukan terhadap pertumbuhan ekonomi telah banyak dibahas dalam berbagai penelitian. Namun, narasi ini membawa perspektif baru dengan meneliti pengaruh energi terbarukan terhadap neraca transaksi berjalan, sebuah indikator penting yang sering diabaikan dalam studi sebelumnya. Sebagai dosen di bidang Teknik Sistem Termal dan Energi Terbarukan, saya melihat penelitian ini sebagai kontribusi penting dalam memahami hubungan antara energi terbarukan dan stabilitas ekonomi, khususnya bagi negara-negara OECD.
Penelitian ini menggunakan model autoregressive distributive lags (ARDL) dan non-linear autoregressive distributive lag (NARDL) untuk mengeksplorasi hubungan simetris dan asimetris antara konsumsi energi terbarukan dan neraca transaksi berjalan di negara-negara OECD pada periode 1995-2020. Selain itu, analisis dengan model panel vector autoregression (P-VAR) digunakan untuk memahami dinamika hubungan ini. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya hubungan jangka panjang yang signifikan antara konsumsi energi terbarukan dan neraca transaksi berjalan, meskipun dampaknya tidak terlalu terlihat dalam jangka pendek.
Dalam konteks negara-negara OECD, di mana banyak negara menghadapi defisit neraca transaksi berjalan, temuan ini sangat relevan. Prioritaskan energi terbarukan, khususnya bioenergi, bukan hanya sebagai strategi untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil tetapi juga sebagai upaya untuk memperbaiki keseimbangan ekonomi nasional. Peningkatan konsumsi energi terbarukan, yang berdampak positif pada neraca transaksi berjalan, dapat membantu mengurangi defisit ini dalam jangka panjang.
Penelitian ini juga menggarisbawahi pentingnya memahami hubungan jangka panjang dalam kebijakan energi. Meskipun dampak jangka pendek mungkin tidak signifikan, kebijakan yang mendorong investasi dan konsumsi energi terbarukan pada akhirnya akan membawa keuntungan ekonomi yang substansial dalam beberapa dekade mendatang. Hal ini relevan bagi negara-negara OECD yang berjuang untuk menstabilkan ekonomi mereka di tengah tantangan global.
Dari perspektif termal dan energi terbarukan, penting untuk diakui bahwa bioenergi, sebagai bagian dari energi terbarukan, menawarkan peluang besar bagi perdagangan internasional. Dengan memprioritaskan perdagangan bioenergi, negara-negara OECD dapat meningkatkan surplus neraca transaksi berjalan mereka. Hal ini disebabkan oleh permintaan bioenergi yang terus meningkat di banyak negara, baik untuk keperluan pembangkit listrik maupun bahan bakar. Dengan memanfaatkan peluang ini, negara-negara OECD dapat menambah nilai ekonomi sambil berkontribusi pada pengurangan emisi karbon.
Namun, perlu dicatat bahwa penerapan energi terbarukan memerlukan komitmen jangka panjang dari para pemangku kebijakan. Perubahan kebijakan energi, khususnya dalam hal insentif investasi, harus didasarkan pada pemahaman mendalam tentang manfaat jangka panjang dari energi terbarukan terhadap stabilitas ekonomi. Selain itu, penting untuk memperkuat infrastruktur pendukung agar dapat mengakomodasi peningkatan konsumsi energi terbarukan dan mendorong perdagangan bioenergi antar negara.
Secara keseluruhan, penelitian ini menawarkan wawasan baru yang penting mengenai hubungan antara energi terbarukan dan neraca transaksi berjalan di negara-negara OECD. Dengan menggabungkan temuan ini ke dalam kebijakan nasional, negara-negara OECD dapat meningkatkan stabilitas ekonomi mereka melalui pendekatan energi yang lebih berkelanjutan. Energi terbarukan bukan hanya solusi untuk tantangan lingkungan tetapi juga instrumen penting dalam memperbaiki keseimbangan ekonomi global.