Oleh: Kavadya Syska, S.P., M.Si. (Dosen Bidang Teknologi Pangan – Food Technologist, Universitas Nahdlatul Ulama)
Konteks penyediaan gizi seimbang bagi anak-anak prasekolah, khususnya bagi anak-anak berusia 3-4 tahun di taman kanak-kanak. Sebagai seorang Dosen Teknologi Pangan, ada beberapa aspek menarik yang dapat dieksplorasi lebih lanjut, terutama terkait bagaimana penyediaan nutrisi pada anak-anak usia dini harus dikelola dengan baik agar mendukung pertumbuhan dan perkembangan optimal.
Anak-anak berusia 3-4 tahun sedang berada pada fase perkembangan yang sangat penting, baik secara fisik maupun mental. Kebutuhan gizi mereka harus dipenuhi dengan baik agar mendukung pertumbuhan yang sehat. Dalam hal ini, penelitian menunjukkan bahwa makan siang yang disediakan di taman kanak-kanak mengandung lebih banyak energi, lemak, gula, dan natrium (Na) dibandingkan dengan yang direkomendasikan oleh kerangka gizi untuk Early Years Setting (EYS). Ini menjadi perhatian serius karena asupan berlebih dari komponen-komponen tersebut dapat berdampak negatif pada kesehatan anak dalam jangka panjang, seperti risiko obesitas dan masalah kesehatan lainnya.
Penelitian ini menunjukkan bahwa kandungan energi, protein, serat, serta beberapa vitamin dan mineral (Fe, Zn, Ca, vitamin A dan vitamin C) melebihi rekomendasi minimum. Meski pada satu sisi ini menunjukkan bahwa kebutuhan dasar nutrisi anak-anak terpenuhi, tetapi penting juga untuk menilai keseimbangan asupan tersebut.
Protein yang ditemukan dalam jumlah tiga kali lebih tinggi dari yang direkomendasikan bisa menimbulkan kekhawatiran, karena kelebihan protein dapat menyebabkan masalah metabolik pada anak-anak, terutama jika sumber protein berasal dari makanan tinggi lemak. Selain itu, konsumsi gula bebas dan lemak jenuh yang berlebihan bisa berisiko meningkatkan insiden obesitas dini dan masalah kesehatan terkait, seperti diabetes dan penyakit jantung di masa depan.
Sebagai ahli pangan, keseimbangan antara komponen makronutrien (karbohidrat, protein, dan lemak) serta mikronutrien (vitamin dan mineral) harus benar-benar diperhatikan dalam penyusunan menu untuk anak-anak prasekolah. Dalam hal ini, tampak bahwa porsi kue dan biskuit berkontribusi signifikan terhadap penyediaan energi berlebih. Ini menunjukkan bahwa makanan penutup dengan kandungan gula tinggi harus dikurangi atau diganti dengan pilihan yang lebih sehat, seperti buah-buahan segar.
Meskipun makanan yang disediakan lebih sesuai dengan kerangka gizi untuk anak usia 4-7 tahun, kita harus memahami bahwa kebutuhan gizi anak-anak prasekolah berbeda dengan anak-anak yang lebih tua. Misalnya, anak usia 3-4 tahun membutuhkan lebih sedikit energi, gula, dan lemak jenuh. Ketika makan siang yang disediakan justru mengikuti pola untuk anak usia yang lebih tua, risiko pemberian makanan yang tidak sesuai bisa meningkat.
Tingginya kandungan Na dalam makanan yang disediakan juga menjadi perhatian penting. Kelebihan sodium pada anak-anak bisa meningkatkan tekanan darah sejak usia dini dan dapat menjadi faktor risiko penyakit kardiovaskular di kemudian hari. Maka, pengurangan garam dalam makanan sangat diperlukan untuk menjaga kesehatan jangka panjang.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa makanan sandwich memiliki kandungan vitamin C dan Fe yang lebih rendah serta kandungan natrium yang lebih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa makanan sandwich yang sering kali dianggap praktis dan bergizi, justru kurang mendukung pemenuhan kebutuhan nutrisi tertentu. Sebagai dosen teknologi pangan, hal ini menjadi catatan penting bahwa penyediaan makanan di sekolah harus mencakup menu yang beragam dan seimbang, termasuk dalam memastikan setiap komponen nutrisi penting tersedia dalam jumlah yang cukup.
Makanan yang kurang bervitamin C dan zat besi bisa berdampak pada kesehatan anak-anak, seperti anemia atau gangguan dalam perkembangan sistem kekebalan tubuh. Oleh karena itu, pilihan makanan yang disediakan harus diimbangi dengan menu yang kaya akan sayuran dan buah-buahan segar untuk menambah kandungan vitamin C dan zat besi.
Secara keseluruhan, hasil penelitian ini memberikan wawasan penting tentang bagaimana makan siang yang disediakan untuk anak-anak usia dini perlu ditinjau ulang agar lebih sesuai dengan kebutuhan gizi mereka. Fokus pada pengurangan gula, lemak jenuh, dan natrium harus menjadi prioritas untuk mencegah masalah kesehatan di masa depan. Selain itu, perhatian lebih perlu diberikan untuk memastikan anak-anak mendapatkan nutrisi yang cukup dari sumber yang sehat dan alami, seperti buah-buahan, sayuran, dan sumber protein tanpa lemak.
Sebagai seorang dosen teknologi pangan, hasil ini dapat dijadikan bahan pembelajaran bagi mahasiswa, terutama dalam hal bagaimana penyusunan menu makanan untuk anak-anak harus berdasarkan pendekatan ilmiah yang mempertimbangkan keseimbangan gizi dan dampak jangka panjang pada kesehatan. Penelitian ini juga memberikan gambaran penting bagi para praktisi pangan dan pengelola kantin sekolah dalam merancang menu yang tidak hanya memenuhi standar gizi, tetapi juga mendukung pertumbuhan dan perkembangan optimal anak-anak.
Dengan begitu, intervensi yang lebih tepat dalam penyediaan makan siang di sekolah dapat memberikan manfaat signifikan bagi kesehatan anak-anak prasekolah di masa depan.