Oleh: Kavadya Syska, S.P., M.Si. (Dosen Bidang Teknologi Pangan – Food Technologist, Universitas Nahdlatul Ulama)
Penyakit hati berlemak terkait metabolik (MAFLD) pada anak-anak merupakan masalah kesehatan yang semakin memprihatinkan di tingkat global. Sebagai seorang dosen Teknologi Pangan, saya melihat studi ini memiliki relevansi yang sangat penting, khususnya terkait dengan bagaimana pola makan dan asupan nutrisi memengaruhi kondisi kesehatan anak-anak yang menderita MAFLD. Penelitian ini menyoroti pentingnya karakterisasi diet yang lebih ketat dan objektif untuk membantu memperbaiki kondisi metabolik pada anak-anak yang rentan terhadap penyakit ini.
MAFLD adalah kondisi yang ditandai dengan penumpukan lemak di hati yang tidak terkait dengan konsumsi alkohol. Ini adalah salah satu penyebab utama penyakit hati kronis pada anak-anak, yang sering kali dikaitkan dengan obesitas dan sindrom metabolik. Perubahan gaya hidup, termasuk perbaikan pola makan dan peningkatan aktivitas fisik, telah diakui sebagai strategi utama untuk mengatasi penyakit ini.
Namun, meskipun perubahan gaya hidup sering disarankan, penelitian ini menggarisbawahi bahwa karakterisasi diet yang lebih mendetail dan objektif masih kurang dilakukan. Penelitian ini penting karena menekankan bagaimana diet yang lebih sehat dapat secara signifikan memengaruhi kondisi metabolik dan memperbaiki hasil kesehatan pada anak-anak yang menderita MAFLD.
Salah satu elemen kunci dalam penelitian ini adalah penggunaan Indeks Makan Sehat (Healthy Eating Index, HEI) untuk menilai kualitas diet anak-anak yang terlibat. HEI adalah alat pengukuran yang memungkinkan penilaian objektif terhadap pola makan berdasarkan pedoman diet. Nilai HEI diukur dari 0 hingga 100, di mana skor yang lebih tinggi menunjukkan pola makan yang lebih sehat.
Dalam penelitian ini, anak-anak diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok berdasarkan skor HEI mereka: rendah (< 47,94), sedang (≥ 47,94 dan < 58,89), dan tinggi (≥ 58,89). Hasilnya menunjukkan bahwa anak-anak dengan HEI tinggi (yang mencerminkan diet lebih sehat) memiliki berat badan yang lebih rendah dan profil lipid yang lebih baik, termasuk kadar trigliserida dan HDL (kolesterol baik) yang lebih menguntungkan. Ini menunjukkan bahwa diet yang lebih sehat tidak hanya berdampak pada berat badan tetapi juga pada kesehatan metabolik secara keseluruhan.
Asupan gula tambahan dan lemak juga menjadi fokus penting dalam penelitian ini. Anak-anak dengan asupan gula tambahan yang lebih rendah (≤ 10% dari total kalori) menunjukkan steatosis yang lebih ringan, yang berarti penumpukan lemak di hati mereka lebih rendah. Selain itu, konsumsi lemak yang lebih tinggi terkait dengan peradangan lobular yang lebih parah di hati, yang menunjukkan adanya kerusakan sel yang lebih besar.
Ini adalah temuan yang sangat penting, karena menyoroti bagaimana konsumsi komponen makanan tertentu, seperti gula dan lemak, dapat berdampak langsung pada kondisi hati dan metabolisme anak-anak dengan MAFLD. Gula tambahan, yang sering ditemukan dalam makanan dan minuman olahan, jelas memiliki dampak negatif terhadap kondisi hati dan perlu diwaspadai dalam diet anak-anak.
Dari perspektif teknologi pangan, penelitian ini memiliki implikasi yang besar, terutama dalam pengembangan produk pangan yang lebih sehat dan ramah untuk anak-anak. Produk pangan yang ditujukan untuk anak-anak harus mempertimbangkan pengurangan gula tambahan dan lemak jenuh, sambil tetap memastikan bahwa produk tersebut menarik secara sensoris dan dapat diterima oleh anak-anak.
Teknologi pangan memiliki peran penting dalam menciptakan produk inovatif yang memenuhi kebutuhan gizi anak-anak sambil mengurangi komponen yang berisiko seperti gula dan lemak. Misalnya, penggunaan bahan pengganti gula yang lebih sehat atau pengembangan teknik pemrosesan yang dapat mengurangi kadar lemak dalam produk makanan dapat menjadi solusi yang relevan dalam konteks ini.
Salah satu poin kuat dari penelitian ini adalah pentingnya penilaian diet yang objektif dalam menangani MAFLD pada anak-anak. Penilaian diet yang tepat memungkinkan identifikasi faktor risiko nutrisi yang spesifik dan dapat diintervensi. Dalam kasus MAFLD, diet yang lebih sehat dapat berkontribusi untuk mengurangi berat badan dan memperbaiki profil lipid, yang pada akhirnya dapat membantu memperlambat atau bahkan membalikkan perkembangan penyakit.
Di sinilah peran ahli gizi dan teknologi pangan menjadi sangat penting. Penelitian dan pengembangan produk harus selalu didasarkan pada data nutrisi yang kuat dan objektif, sehingga dapat memberikan intervensi diet yang efektif bagi kelompok berisiko seperti anak-anak dengan MAFLD.
Penelitian ini memberikan bukti yang kuat bahwa diet yang lebih sehat, seperti yang diukur oleh Indeks Makan Sehat (HEI), memiliki dampak positif terhadap anak-anak yang menderita MAFLD. Penurunan asupan gula tambahan dan lemak dapat membantu memperbaiki kondisi hati dan mengurangi risiko komplikasi metabolik lebih lanjut.
Bagi industri pangan, ini adalah panggilan untuk terus mengembangkan produk makanan yang lebih sehat, dengan mengurangi komponen berisiko seperti gula dan lemak, serta meningkatkan asupan nutrisi penting bagi anak-anak. Edukasi kepada orang tua mengenai pentingnya pola makan yang sehat bagi anak-anak juga sangat penting, karena mereka memiliki peran besar dalam memilih dan menyediakan makanan yang tepat bagi anak-anak mereka.
Sebagai dosen teknologi pangan, saya melihat bahwa hasil penelitian ini tidak hanya relevan untuk dunia medis dan kesehatan, tetapi juga memberikan tantangan dan peluang besar bagi para ilmuwan pangan untuk terus berinovasi dalam menciptakan produk yang lebih sehat dan berkelanjutan.