Review Oleh: Ropiudin, S.TP., M.Si. (Dosen Bidang Teknik Sistem Termal dan Energi Terbarukan, Universitas Jenderal Soedirman)
Dalam konteks peralihan menuju energi terbarukan, riset sosial memiliki peran krusial dalam mengevaluasi penerimaan masyarakat terhadap teknologi baru. Proyek transisi energi di distrik iklim “Neue Weststadt” di Esslingen menyoroti pentingnya umpan balik dari penduduk sebagai pengguna teknologi. Dalam kajian ini, kelompok riset sosial menggunakan survei terstandarisasi dan wawancara kualitatif untuk menggali sikap, perilaku, serta penerimaan teknologi oleh masyarakat. Dengan metode ini, riset tersebut memberikan wawasan mendalam mengenai keterhubungan antara manusia dan teknologi, yang sangat relevan untuk diperhatikan oleh praktisi di bidang Teknik Sistem Termal dan Energi Terbarukan.
Hasil riset menunjukkan bahwa mayoritas penghuni adalah para profesional muda yang berhasil, yang tidak sepenuhnya cocok dengan stereotip “ecowarrior” yang sangat termotivasi secara intrinsik untuk mendukung lingkungan. Fakta ini menarik karena menggambarkan bahwa keberhasilan implementasi teknologi hijau tidak selalu bergantung pada tingkat kesadaran lingkungan yang tinggi. Mereka tidak menyadari secara penuh inovasi yang diterapkan di lingkungan tempat tinggal mereka, namun tetap hidup dengan nyaman dan tidak memiliki kekhawatiran terkait teknologi seperti produksi dan penyimpanan hidrogen di area tempat tinggal mereka. Hal ini memberikan indikasi awal bahwa penerimaan teknologi dapat terjadi tanpa pemahaman penuh, selama teknologi tersebut tidak mengganggu kehidupan sehari-hari.
Namun, transfer pengalaman positif dari distrik iklim Esslingen ini ke kelompok target lain, seperti penduduk yang lebih tua, tidak dapat dianggap sepele. Setiap kelompok masyarakat memiliki kebutuhan dan tantangan tersendiri dalam beradaptasi dengan teknologi baru. Misalnya, masyarakat yang lebih tua mungkin menghadapi kendala dalam memahami manfaat dan cara kerja teknologi yang kompleks seperti hidrogen. Oleh karena itu, riset lebih lanjut diperlukan untuk mengeksplorasi faktor-faktor yang memengaruhi penerimaan teknologi di kelompok yang berbeda.
Sebagai seorang dosen di bidang Teknik Sistem Termal dan Energi Terbarukan, penting bagi kita untuk mencatat bahwa komunikasi dan partisipasi aktif masyarakat merupakan kunci sukses penerapan teknologi energi baru. Dalam hal ini, proyek di Esslingen menunjukkan bahwa inovasi teknologi tanpa komunikasi yang efektif dengan pengguna dapat membatasi potensi penyebaran dan adopsi lebih luas. Oleh sebab itu, memperkuat komunikasi dengan penghuni mengenai manfaat dan fungsi teknologi yang diterapkan perlu menjadi prioritas.
Selain itu, riset ini membuka jalan bagi diskusi lebih lanjut mengenai bagaimana meningkatkan partisipasi warga dalam proyek-proyek transisi energi. Dengan melibatkan mereka secara aktif dalam perencanaan dan implementasi teknologi, kita dapat menciptakan rasa kepemilikan dan tanggung jawab yang lebih besar. Hal ini tidak hanya akan meningkatkan penerimaan teknologi, tetapi juga dapat memicu “spill-over” kemajuan iklim ke bidang lain, seperti pengelolaan limbah, transportasi hijau, atau efisiensi energi di sektor bangunan.
Secara keseluruhan, studi ini menjadi bukti kuat bahwa keberhasilan teknologi hijau tidak hanya ditentukan oleh kecanggihan teknologinya, tetapi juga oleh seberapa baik teknologi tersebut diterima oleh masyarakat yang menggunakannya. Sebagai akademisi dan praktisi di bidang energi terbarukan, kita perlu terus memperkuat riset sosial ini agar transisi energi dapat berjalan lebih inklusif dan berkelanjutan.