Oleh: Kavadya Syska, S.P., M.Si. (Dosen Bidang Teknologi Pangan – Food Technologist, Universitas Nahdlatul Ulama)
Sebagai seorang dosen Teknologi Pangan, narasi di atas menawarkan potensi inovasi yang sangat menarik dalam pemanfaatan gula aren sebagai komoditas lokal. Di Provinsi Banten, gula aren telah lama menjadi komoditas unggulan, namun pengembangan produk turunan berbasis inovasi belum banyak dieksplorasi secara komersial. Inovasi ini, yakni produksi ekstrak gula aren-kedelai dalam bentuk minuman serbuk atau pemanis praktis, memiliki peluang besar untuk meningkatkan nilai tambah produk serta memperluas pangsa pasar, baik secara lokal maupun internasional.
Gula aren dikenal dengan kandungan gizinya yang tinggi serta manfaatnya bagi kesehatan, seperti antioksidan alami dan indeks glikemik yang lebih rendah dibandingkan gula pasir. Di sisi lain, kedelai sebagai bahan baku juga kaya akan protein, isoflavon, dan serat, menjadikannya salah satu sumber protein nabati yang sangat populer. Menggabungkan kedua bahan ini dalam bentuk serbuk minuman atau pemanis praktis adalah langkah strategis yang dapat memaksimalkan potensi kedua komoditas tersebut.
Inovasi ini tidak hanya memberikan kepraktisan bagi konsumen, tetapi juga memberikan nilai tambah melalui kandungan nutrisi yang lebih baik dibandingkan gula aren murni. Selain itu, dari perspektif pasar, produk ini juga dapat menjangkau konsumen yang lebih luas, termasuk mereka yang peduli dengan kesehatan atau menginginkan alternatif pemanis yang lebih alami dan bergizi.
Penelitian ini mengkaji perbandingan antara gula aren dan ekstrak kedelai pada tiga rasio yang berbeda, yaitu 80:20, 70:30, dan 60:40, untuk mengevaluasi hasil hedonik serta nilai gizinya. Rasio 70:30 teridentifikasi sebagai formula terbaik, yang mendapatkan respons “sangat suka” dari uji hedonik. Ini menandakan bahwa produk tersebut tidak hanya berhasil memenuhi standar nutrisi, tetapi juga diterima dengan baik oleh konsumen dari segi rasa.
Proses penguapan air dan pembentukan kristal untuk menghasilkan serbuk menunjukkan teknik yang praktis dan efisien untuk memproduksi minuman serbuk atau pemanis. Kristalisasi ini juga mempermudah transportasi dan penyimpanan produk, sehingga meningkatkan daya saingnya di pasar.
Komposisi gizi yang dihasilkan oleh formula 70:30 sangat menjanjikan, terutama dengan kandungan gula total 91,15%, protein 4,66%, dan lemak 1,12%. Kandungan protein yang berasal dari kedelai memberikan keunggulan tersendiri, karena dapat meningkatkan asupan protein pada konsumen. Selain itu, adanya kandungan antioksidan pada produk ini menjadi nilai tambah, mengingat manfaat antioksidan dalam menangkal radikal bebas dan mendukung kesehatan secara umum.
Meskipun penelitian ini menawarkan inovasi menarik, ada beberapa aspek yang perlu dikembangkan lebih lanjut, seperti skalabilitas produksi, yang penting untuk memastikan keberlanjutan produk di pasar skala besar, serta uji stabilitas selama penyimpanan untuk mencegah degradasi nilai gizi atau perubahan rasa dan tekstur. Selain itu, diversifikasi produk berbasis gula aren dan kedelai dapat dipertimbangkan, seperti pengembangan dalam bentuk cair, pasta, atau bahan baku produk lain seperti permen dan saus. Uji penerimaan konsumen yang lebih luas juga perlu dilakukan guna memahami preferensi konsumen di berbagai segmen pasar secara lebih komprehensif.
Secara keseluruhan, inovasi ekstrak gula aren-kedelai ini adalah langkah penting dalam mengembangkan komoditas lokal menjadi produk yang memiliki nilai tambah tinggi. Selain menawarkan manfaat nutrisi, produk ini juga potensial untuk dikomersialisasikan sebagai minuman serbuk yang praktis atau pemanis alternatif yang sehat. Namun, perlu dilakukan studi lanjutan untuk menguji skalabilitas, stabilitas produk, dan penerimaan konsumen yang lebih luas. Jika semua aspek ini terpenuhi, inovasi ini dapat menjadi salah satu produk unggulan yang mendukung pengembangan ekonomi lokal, sekaligus memenuhi kebutuhan konsumen akan produk pangan yang sehat dan bernutrisi.